Nationalgeographic.co.id - Mungkin tidak ada yang salah dengan pendapat bahwa manusia belum mengenal penuh mengenai sisi kutub Bumi. Salah satu buktinya adalah pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya tersimpan di Antartika?
Studi terbaru mengatakan adanya zona panas yang terdapat di bawah lapisan es di Antartika.
Dengan menggunakan data yang didapat dari radar pesawat, para peneliti mencoba mengungkap zona panas tersebut. Pesawat yang terbang pada ketinggian 3 km di atas permukaan es ini mengumpulkan gambaran mengenai ketebalan, struktur, maupun kondisi lapisan es.
Baca Juga : Pencipta Spongebob Meninggal Karena Amyotrophic Lateral Sclerosis
Hasil penelitian yang diunggah dalam jurnal Scientific Report mengungkap bahwa ukuran zona panas yang berada di bawah Antartika tersebut berukuran tiga kali lipat dari luas kota London. Dengan luas tersebut, zona panas itu tidak akan mungkin menghilang dari Antartika dalam waktu dekat.
Peneliti pun mengungkap bahwa keadaan tersebut telah menyusutkan area es seluas 5.000 meter persegi.
“Ini adalah proyek yang sangat menarik, menjelajahi daerah yang jarang disurvei di planet kita. Hasilnya cukup tidak terduga, karena banyak orang berpikir wilayah Antartika terbuat dari bebatuan es kuno yang tidak memiliki dampak pada lapisan es di atasnya,” ucap Tom Jordan, seorang penulis utama studi British Antarctic Survey (BAS).
“Temuan ini menunjukkan di bagian dalam benua kuno, geologi yang mendasari dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap es,” tambahnya.
Hingga saat ini, masih belum diketahui berapa lama titik panas tersebut berada di sana. Namun, para peneliti menyakini bahwa kondisi tersebut bukanlah sesuatu hal yang baru. Para peneliti juga memperkirakan bahwa zona panas tersebut sudah berada di sana sejak ribuan tahun atau mungkin jutaan tahun.
Dengan suhu global yang terus menerus meningkat, wilayah Antartika kemungkinan menjadi sangat rentan terhadap cairan di masa depan. Penyebabnya adalah desakan panas yang berasal dari luar dan dalam.
"Proses pelelehan yang kita amati mungkin telah terjadi selama ribuan, bahkan jutaan tahun dan tidak secara langsung berkontribusi pada perubahan lapisan es. Pada masa depan, air tambahan di lapisan es dapat membuat kawasan ini lebih sensitif terhadap faktor eksternal seperti perubahan iklim," ucap Jordan.
Baca Juga : Mars Memiliki Danau Purba yang Mirip Dengan Danau di Sulawesi Selatan
Lebih lanjut, para peneliti menduga bahwa penyebab adanya zona panas adalah batuan radioaktif serta air panas geotermik yang datang dari bawah tanah. Panas tersebut melelehkan dasar lapisan es, menghasilkan air lelehan yang mengalir jauh di bawah lapisan es yang mengisi danau subglasial di hilir.
Namun, hal tersebut masih sekadar hipotesis, dikarenakan para peneliti tidak yakin akan dugaan tersebut karena tidak dapat mengakses bebatuan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR