Penguatan kapasitas lokal menjadi faktor penting dalam pengurangan risiko bencana. Hal ini perlu dilakukan karena korban pertama bencana adalah masyarakat lokal.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono, ketika membuka konferensi 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (23/10). Presiden menegaskan bahwa lebih dari 100 daerah di Asia sangat rentan terhadap bencana alam. Bencana alam seperti banjir, tsunami, gunung meletus, memberikan dampak beragam terhadap masyarakat lokal.
Penguatan kapasitas lokal, kata Presiden, perlu dilakukan karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Penguatan dilakukan dengan menghormati dan menghargai kearifan lokal serta tradisional dalam menghadapi bencana.
“Kita bisa menggabungkan metode-metode lokal dengan teknik-teknik baru serta informasi dan pengetahuan agar lebih efektif,” kata Presiden.
Selain mengacu pada kearifan lokal, perlu dilakukan kerjasama antara stakeholder baik pemerintah, masyarakat lokal, dan akademisi. Kapasitas dari sumber daya manusia ini serta kemampuan teknis yang dimiliki juga penting untuk menghadapi bencana alam.
Penguatan kapasitas lokal juga tengah dilakukan pemerintah dengan mengembangkan kampung siaga untuk tempat-tempat terpencil dan desa pesisir tangguh. Desa-desa ini menjadi jaringan untuk meningkatkan kapasitas lokal.
Presiden juga menyinggung soal risiko bencana yang tercantum dalam Indonesia Disaster Risk Index (IDRI). Dari indeks tersebut dinyatakan bahwa sebanyak 490 kecamatan di Indonesia diidentifikasikan dalam tiga zona risiko yakni tinggi, medium, dan rendah. Sementara itu sebanyak 396 kecamatan berada di risiko bencana tinggi dengan berbagai tipe bencana.
Program Disaster Risk Reduction (DRR) seperti yang tercantum dalam UU No.24 Tahun 2007 tentang Bencana Alam perlu dilakukan terus menerus di seluruh daerah Indonesia. Dengan DRR tersebut, kata Presiden, akan mengurangi dampak bencana yang berlebih.
Sementara itu terkait dengan konferensi penanggulangan bencana se-Asia Pasifik ini, Presiden berharap Indonesia bisa menjadi bagian dari negara-negara Asia Pasifik untuk melakukan penanggulangan bencana. Ia mengatakan bahwa pengalaman yang ada di Indonesia bisa menjadi pelajaran bagi negara lainnya.
Margaretha Wahlstrom, Perwakilan Sekretaris Jendral PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana, mengatakan, program pengurangan risiko bencana di tingkat lokal masih tertinggal. Untuk itulah, perlu dilakukan forum diskusi antar berbagai negara untuk meningkatkan kapasitas sumber daya lokal dalam pengurangan risiko bencana.
Dirinya pun sepakat dengan Presiden Susilo Bambang Yudoyono bahwa kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk penanggulanan bencana. “Yang dibutuhkan adalah penguatan kapasitas lokal karena masyarakat di tingkat paling bawah adalah penerima dampak langsung,” katanya Wahlstrom.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR