Kebakaran mematikan pada balon udara Hindenburg tahun 1937 membuat bahan bakar hidrogen berhenti dikembangkan. Kini, elemen paling ringan itu kembali digunakan sejalan dengan akan diproduksi secara massalnya mobil hidrogen dan akan diluncurkannya kendaraan itu dalam waktu dekat.
Namun, berbeda dengan Hindenburg yang memanfaatkan hidrogen untuk mengudara, Hyundai Tucson Fuel Cell, sebuah kendaraan SUV, memanfaatkan hidrogen untuk membangkitkan listrik.
Sel bahan bakar mobil ini mengombinasikan hidrogen yang ada di tanki penyimpanan dengan oksigen yang ada di udara untuk menciptakan reaksi elektrokimiawi yang memproduksi arus listrik untuk motor elektrik. Dengan teknik ini, limbahnya sendiri hanyalah air.
Tak seperti kendaraan berbahan bakar baterai yang butuh waktu berjam-jam untuk pengisian ulang, mengisi ulang mobil hidrogen ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Jika tanki penuh, kendaraan bisa menempuh jarak 480 kilometer. Hyundai mengklaim, Tucson mampu melaju dengan kecepatan 160 kilometer per jam.
Jika terjadi kebocoran tanki, bahan bakar akan menguap ke udara dan tidak menetes ke bawah seperti halnya mobil berbahan bakar minyak. Serangkaian uji tabrakan dan kebakaran sudah dilakukan untuk memastikan bahwa mobil tidak akan mengalami hal serupa dengan Hindenburg.
Mulai musim panas tahun depan, kendaraan ini akan disewakan dengan tarif 499 dolar AS atau sekitar Rp6,1 juta per bulan di kawasan selatan California, AS. Setahun berikutnya, Honda dan Toyota juga akan mengikuti langkah Hyundai dengan menghadirkan mobil dengan sel bahan bakar.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR