Apa manfaat liburan bagi Anda? Bagi para penggiat jalan-jalan bersama, momentum ini bisa dikemas menjadi paket wisata buat dipasarkan kepada kalangan terdekat. Bagi pejalan solo atau berpasangan, liburan dapat dijadikan sarana relaksasi dan menyelami kehidupan lokal lebih dekat. Ya, pada dasarnya setiap orang memiliki alasan tersendiri. Termasuk keluarga Sundoro Hosea, pebisnis otomotif serta properti asal Solo. Bagi mereka, berlibur menjadi sarana menimba inspirasi.
Contohnya sang ibu, Imelda Sundoro, Presiden Komisaris Sun Motor Group. Baik berwisata di dalam negeri maupun luar negeri, pilihannya adalah hal sarat nilai seni kriya atau kerajinan. “Jawa Tengah termasuk hebat. Mulai batik, kerajinan topeng, mangkuk sampai piring, semua ada. Sementara Bali memiliki lukisan-lukisan yang kreatif,” ujar business woman yang juga bergerak di bidang hotelier ini. “Sementara di Paris, saya gemar shopping dan melihat desain tas. Kegiatan shopping ini menghasilkan inspirasi, apalagi saya biasa mendesain secara otodidak.”
Salah satu hal yang selalu dilakukan Imelda saat berlibur ke luar negeri adalah mengamati lobby hotel. “Jadi saya memiliki imajinasi, bila melihat sesuatu seperti ada rekaman dalam otak. Begitu ingatan ini dimunculkan kembali sepulang dari bepergian, saya langsung mengerti: bagaimana membuat desain untuk hotel kami, termasuk urusan padu-padan dan menyesuaikan gaya, seperti klasik atau minimalis.”
Kebalikan dari Imelda adalah putranya, Hartono Hosea, Presiden Direktur PT Sunindo Indah Hotels. “Saat liburan, saya lebih senang mencari pemandangan atau lanskap untuk dipotret. Saya tidak suka masuk toko karena keluar duit,” ungkapnya disambung tawa. “Tetapi justru dengan kegiatan berbelanja itulah Ibu punya banyak inspirasi.”
Hartono mengakui, ibunya memiliki jiwa seni, dan hal itu menurun padanya. “Setiap tahun, kami sekeluarga pergi traveling. Dahulu pakai smartphone dan kamera saku. Lama-lama pindah DSLR. Saya sebetulnya malah nggak tahu kalau bisa memotret. Setelah tua, baru menyadari, “Oh ternyata bisa”."
Berpengalaman memotret panorama, foto studio sampai Putri Indonesia, Hartono menyebutkan, “Orang melihat yang cukup menonjol dari saya adalah underwater atau pemotretan bawah air. Awalnya nggak berani di laut. Saat SMA pernah mencoba menyelam dan mimisan. Setelah mendengar ada underwater photography, ingin mencoba. Ternyata hasilnya bagus dan membuat nama saya lebih tinggi lagi.”
Ditanya bagaimana kiat memotret, Hartono berkata, “Semua itu dari jiwa. Dari otak dan hati kita sendiri. Harus sering praktek sehingga tahu feeling. Kalau hasil jelek, kita perbaiki lagi. Apa yang orang lain bilang sulit, bila kita kerjakan setiap hari akan menjadi mudah.”
Beberapa kali mengikutsertakan karya foto untuk lomba, Hartono menyimpan kenangan khusus tentang kejuaraan fotografi 2008 yang diselenggarakan di Amerika Serikat. “Saya kirim foto Gunung Bromo dan Gunung Semeru dengan awan di pinggang gunung,” tandasnya sembari menunjukkan hasilnya dari telepon cerdas. “Meski hadiahnya bukan berupa uang, ini sebuah kebanggaan karena mengabadikan lanskap negara kita.”
Penghargaan itu juga membuat Hartono semakin mantap mengambil subjek foto dari keelokan Indonesia sendiri. “Waktu baru awal-awal memotret, saya mendengar saran, “Foto yang dibuat di luar negeri saja yang diikutkan lomba”. Saat saya lakukan, malahan tidak pernah menang! Seperti ada rumusan, apa yang kita lihat setiap hari, di mata jadi jelek. Kalau Paris, wah pasti bagus. Padahal bagi orang Paris ya foto tentang kotanya biasa saja,” ucapnya bijak. “Kita harus netral. Kalau ada orang kita menilai subjek foto di negara kita tidak ada yang bagus, itu salah. Kalau kita ikutkan, yang melihat ‘kan seluruh dunia, justru bisa menang.”
Semoga pengalaman bepergian keluarga pengusaha otomotif dan properti hotel ini memberikan wacana menarik bagi pejalan saat melangkahkan kaki menikmati keelokan negeri kita.
Penulis | : | |
Editor | : | Jessi Carina |
KOMENTAR