Selama sembilan hari, 1-9 September 2015, sebuah kapal Phinisi “berlabuh” di Yogyakarta. Bukan di pantai Sadeng, bukan di Pantai Baron. Kapal yang identik dengan dua tiang dan tujuh layarnya itu justru “berlabuh” di Bentara Budaya, tepatnya di dalam ruangannya. Pertanyaannya? Apa saya bermimpi?
Tentu tidak. Phinisi yang saya maksud di atas adalah sebuah miniatur karya Didi Kapal—terbuat dari kayu pinus, CPU dan kain. Kapal itu diletakkan tepat di tengah ruangan Bentara Budaya, berbaur dengan foto-foto yang digantung-pasang di dinding.
Kesemua foto mempunyai benang merah yang sama, bahari.
Ya, selama sembilan hari, Bentara Budaya menjadi tempat gelaran Pameran Foto “Nusa Bahari”, sebuah pameran foto dari serikat Pewarta Foto Indonesia (PFI).
Dalam pameran ini, pengunjung akan menjumpai lebih dari 100 foto dari pewarta foto di seluruh Indonesia. Di antaranya, Debby Haryanti Mano, Toar Pantouw, Fransiskus Simbolon, Fikri Adin dan Regina Safri.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan bahari yang tak habis diceritakan. Inilah yang nampak dalam pameran kali ini, dimana aneka ragam dan rupa bahari Indonesia coba diceritakan lewat foto.
Salah satunya adalah keindahan dan ke-melimpah-an biota di Taman Laut Olele di Teluk Tomini, Gorontalo, yang diabadikan—dan dipamerkan—oleh Debby Haryanti Mano. Dalam keterangan di salah satu foto dituliskan bahwa Teluk Tomini yang mendapat julukan sebagai Hear of Coral Triangle (Jantung Segitiga Karang) memiliki 819 spesies ikan karang dan 314 spesies terumbu karang.
Lalu ada foto-foto yang menceritakan abrasi yang terjadi di Desa Bedono, Sayung, Demak. Abrasi mengakibatkan sebagian besar penduduk meninggalkan tempat tinggalnya.
Seperti dikutip dari Tribun, Ketua PFI Yogyakarta Tocah Hamid berharap pameran ini diharapkan akan menginspirasi masyarakat untuk lebih mencintai negerinya, terutama berbagai hal yang ada di lautan maupun sekitar lautan.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR