Awal Mei lalu, tim putri pendaki WISSEMU (Women of Indonesia\'s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar) yang terdiri dari Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24), melakukan kegiatan aklimatisasi (penyesuaian tubuh dengan kondisi sekitar), sebelum melanjutkan perjalanan untuk menggapai puncak Everest.
Tujuan pendakian mereka adalah Danau Gosaikunda, sebuah danau yang terletak di ketinggian 4.380 meter di atas permukaan laut. Danau ini merupakan tempat suci, terutama bagi pemeluk agama Buddha dan Hindu.
Berikut perjalanan yang mereka tempuh:
Dhunche-Shin Gompa (3.330 mdpl)
Jalur trekking ini sendiri dimulai dari Dhunche, yang dapat ditempuh selama 6 hingga 7 jam dari Kathmandu, ibu kota Nepal. Mobil akan melaju di jalur yang berliku-liku dan berbatu-batu atau berlumpur di tepian jurang, dengan pemandangan memukau.
Saat melakukan perjalanan di jalur ini, tim WISSEMU harus menghabiskan banyak waktu untuk menunggu akibat adanya perbaikan jalan, selama 2,5 jam. Belum lagi bersua dengan bus lain yang terpaksa berhenti di jalur yang sudah sempit, akibat ban bocor.
Walaupun memiliki kondisi jalan yang sempit, ada banyak tempat penginapan yang tersedia di Dhunche bagi para pendaki yang ingin memasuki kawasan Gosaikunda.
Keesokan harinya pada pukul 8.45 waktu setempat, tim WISSEMU pun mulai melakukan pendakian menuju Shin Gompa, melalui hutan rhododendron di awal pendakian. April adalah musim pendakian terbaik di kawasan ini, karena selama perjalanan, pendaki akan ditemani oleh merahnya bunga rhododendron.
Setibanya di Shin Gompa, para pendaki bisa menghampiri pabrik pembuatan keju dari susu yak untuk melihat proses pembuatan dan tentu saja mencicipinya.
Shin Gompa (3.330 mdpl)-Laurebina (3.950 mdpl)
Walaupun hanya memakan waktu 3 hingga 4 jam, namun pendakian ini dipenuhi dengan jalur yang curam. Awalnya, pendaki akan melewati hutan dengan pepohonan berselimut lumut dan bersemat anggrek, serta lantai hutan yang dipenuhi dengan tumbuhan berbunga.
Beberapa jam setelahnya, hutan akan menipis dan berubah menjadi padang rumput pertanda semakin naiknya elevasi yang membuat tumbuhan sulit bertahan, kemudian area bersalju. Di sepanjang jalan, para pendaki melewati tumpukan-tumpukan batu yang digunakan para peziarah untuk memasak, dalam perjalanan menuju festival tahunan di Danau Gosaikunda pada bulan Agustus.
Walaupun perjalanan Shin Gompa menuju Laurebina cenderung singkat, namun, menghabiskan malam di Laurebina yang berada di ketinggian 3.950 mdpl adalah hal yang penting bagi para pendaki mancanegara, terkait aklimatisasi. Jika hal ini dilewatkan, mereka akan berisiko tinggi terkena penyakit ketinggian saat mencapai Gosaikunda.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR