Sejarah Soba, Mi Khas Jepang yang Tidak Kalah Lezat dari Ramen

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 13 Desember 2018 | 10:12 WIB
Soba dengan tempura. (Renoji/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Selama ini, ramen dengan kaldunya, bersinar di beberapa negara di dunia. Namun, sekarang, soba, mi Jepang yang lembut dan halus juga mulai membuat terobosan.

Berukuran seperti spageti, soba dibuat dari tepung gandum. Bahan baku inilah yang memberikan rasa khas pada soba–begitu pula dengan manfaat kesehatannya.

Konsumsi soba dalam jumlah banyak, dimulai pada periode Edo di Jepang, sekitar abad ke-16. Awalnya, soba digunakan untuk melawan beriberi, penyakit yang disebabkan oleh kekurangan tiamin (vitamin B1).

Menurut Mutsuku Soma, koki Jepang yang ahli membuat soba, beriberi sering diderita oleh penduduk negeri Sakura tersebut karena mereka sangat bergantung kepada nasi putih yang rendah tiamin.

Soba. (billykenkid/Getty Images/iStockphoto)

Baca Juga : Suku Maya Pernah Memuja dan Mendewakan Kalkun, Apa Penyebabnya?

Seiring berjalannya waktu, soba menjadi kegemaran penduduk Edo. Banyak yang kemudian membuka warung soba dan menjadikan mi tepung gandum ini sebagai bagian dari tradisi.

Orang-orang Jepang kerap memakan soba di malam tahun baru. Soba yang dikonsumsi di waktu tersebut disebut toshikoshi soba (soba melewatkan tahun). Soma sendiri tertarik membuka restoran soba karena sang nenek sering membuat mi tersebut di acara kumpul keluarga, termasuk pada malam tahun baru.

Warga Jepang percaya, makan soba saat menyambut tahun baru, bisa memberikan kesehatan dan panjang umur. Itu juga dianggap membawa keberuntungan karena suara menyeruput dan mengunyah yang muncul saat makan soba ("tsuru tsuru, kame kame") terdengar seperti nama burung bangau dan kura-kura yang berumur panjang.

Soba memperoleh kepopulerannya di Jepang melalui restoran-restoran dan stand kecil yang khusus menjajakan makanan ini. Dari Jepang, soba berkembang ke negara-negara lainnya. 

Baca Juga : Holodomor, Peristiwa Pembunuhan dan Kelaparan Massal di Era Stalin

Soba biasanya disajikan dengan dua cara tradisional. Zaru soba dihidangkan di atas seiro atau zaru (piring persegi dari anyaman bambu) dan dimakan dengan cara mencelupkannya terlebih dahulu ke dalam saus yang disebut soba tsuyu. Sementara itu, bukkae soba disajikan dengan kaldu hangat dan dilengkapi berbagai topping seperti tempura atau daging bebek.

Ketika sudah selesai makan soba, pembeli biasanya meminta soba-yu, air yang digunakkan untuk memasak mi tersebut sebelumnya. Air tersebut akan dicampur dengan saus yang tersisa dan diminum sebagai sup–mengandung banyak nutrisi dan bagus untuk kesehatan.