Runtuhnya Lapisan Es Antartika Timbulkan Banjir Setinggi 9 Meter

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 27 Desember 2018 | 13:48 WIB
Daerah berlumut di Antartika. (Citra Anastasia)

Nationalgeographic.co.id - Runtuhnya sebagian besar lapisan es di Antartika pernah menciptakan 'banjir global'. Dan kini, peneliti khawatir, itu akan terjadi lagi.

Kehancuran yang dahsyat pada es Antartika menyebabkan permukaan laut naik antara 20-30 kaki. Kenaikan permukaan laut pada akhirnya menenggelamkan area besar di tanah yang sekarang kering. Fenomena ini pernah terjadi sekitar 125 ribu tahun lalu di Bumi.

Saat itu, suhunya hanya sedikit lebih hangat. Namun, permukaan laut lebih tinggi secara signifikan.

Baca Juga : Status Krakatau Siaga Level III, Warga Diminta Waspada Tsunami Susulan

Para ilmuwan yakin, sumber air berasal dari runtuhan lapisan es di Antartika Barat. Ada kekhawatiran besar terhadap stabilitas lapisan es ini. Beberapa studi di masa lalu telah memperingatkan tentang 'keruntuhan es' yang tertunda.

Dasar lapisan es berada di bawah permukaan laut. Dan saat ini, sangat berisiko akibat semakin menghangatnya air laut.

"Lapisan es Antartika Barat mungkin tak perlu getaran besar untuk hancur. Hilangnya massa es dari lapisan ini tidak hanya terjadi dalam jangka pendek, tapi juga menciptakan kerusakan besar," papar Jeremy Shakun, ahli paleoklimatologi.

Para ilmuwan mendapatkan hasil studi ini setelah menyelidiki inti es Antartika. Ilmuwan dari University of Oregon, NASA, dan lainnya, mempublikasikan data untuk American Geophysical Union, yang mengungkap fakta dari insiden iklim di masa lalu.

Baca Juga : Kontroversial, Jepang Kembali Melakukan Perburuan Paus untuk Dimakan

Selama periode Eemian awal (ketika permukaan laut sangat tinggi), Anda akan melihat lumpur dari sejumlah daerah di sekitar lapisan es. Namun, tidak ada bukti sedimen yang berasal dari inti lapisan es Antartika Barat. Ini menjelaskan bahwa saat itu tidak ada lapisan es sama sekali–atau runtuh terlalu banyak–sehingga tidak bisa terkikis lagi.

Para ilmuwan iklim telah beberapa kali memperingatkan bahwa kenaikan suhu global sebanyak 2 derajat dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi kemanusiaan. Para pemimpin global dan pecinta lingkungan telah berusaha membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat untuk menghindari tingkat perubahan iklim yang berbahaya.