Selfitis, Perilaku Kecanduan Selfie yang Termasuk Gangguan Mental

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 7 Januari 2019 | 11:40 WIB
Ilustrasi selfie. (Rohappy/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Apakah Anda terobsesi melakukan selfie?

Jika iya, ada kemungkinan Anda mengidap ‘selfitis’. Itu merupakan kondisi mental yang membuat seseorang merasa terdorong untuk mengambil swafoto terus-menerus dan mengeksposnya di media sosial.

Istilah ini mulai dikenal sejak 2014 untuk menggambarkan perilaku obsesif seseorang pada selfie.

Para peneliti dari Nottingham Trent University dan Thiagarajar School of Management kemudian meneliti tentang 'selfitis’ dan menemukan enam faktor penyebabnya.

Baca Juga : Gaya Bahasa yang Sering Digunakan Pengidap Depresi, Seperti Apakah?

Mereka yang mengidap ‘selfitis’ umumnya berusaha untuk meningkatkan kepercayaan diri, mencari perhatian, memperbaiki mood, membuat kenangan, menyatu dengan kelompok sosialnya dan bersikap kompetitif.

Para peneliti bahkan mengembangkan ‘skala perilaku selfitis’ untuk mengukur seberapa buruk seseorang mengidap gangguan mental tersebut. Skala yang memiliki nilai satu hingga 100 tersebut, dibuat berdasarkan focus grup dari 200 orang di India.

Para partisipan juga diminta untuk mengisi dan memberikan nilai pada kuesioner. Beberapa pernyataan tersebut adalah apakah mereka merasa lebih baik, percaya diri, mendapat perhatian dari orang banyak, dan merasa diterima oleh kelompoknya saat melakukan swafoto.

Penelitian ini dikembangkan di India karena negara tersebut memiliki pengguna Facebook dan jumlah kematian akibat selfie yang tinggi.

“Kami mengonfirmasi bahwa ‘selfitis’ termasuk gangguan mental. Dan ‘skala perilaku selfitis’ dibuat agar kita bisa menyadari ciri-cirinya,” kata Profesor Mark Griffiths, ahli perilaku kecanduan dari Nottingham Trent University.

Baca Juga : Kisah Tragis Buthania, Gadis Cilik yang Menjadi Simbol Perang Yaman

Rekan Profesor Mark yang juga peneliti, dr. Janarthanan Balakrishnan, menambahkan: “Mereka yang memiliki kondisi kurang percaya diri dan berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar mereka, mungkin menampilkan gejala serupa,” katanya.

Ke depannya, para peneliti berharap akan ada studi lanjutan untuk lebih memahami bagaimana seseorang bisa mengalami ‘selfitis’. Juga apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.