Nationalgeographic.co.id - Anda mungkin mengingat film Jurassic Park maupun sekuelnya. Dalam setiap film, Tyrannosaurus Rex selalu digambarkan sebagai dinosaurus yang paling berbahaya. Berbagai adegan menampilkan T-rex mampu menggigit dan melemparkan berbagai objek dengan gigitannya.
Namun, tahukah Anda seberapa kuat gigitan dinosaurus yang memiliki tangan kecil ini?
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Report menunjukkan bahwa rahang T-rex mampu menggigit dengan tekanan 3.500 kilogram atau setara dengan tekanan yang dihasilkan dari tumpukan dua mobil.
Baca Juga : Selain di Selat Sunda, Tsunami 'Senyap' Juga Pernah Terjadi di Nusa Tenggara
Ditambah dengan fitur giginya, para peneliti memperkirakan bahwa tekanan total dari gigitan T-rex mencapai 195.500 kilogram per inci.
Hasil tersebut didapatkan oleh Paul Gignac dan Gregory Erikson dengan menciptakan model tiga dimensi (3D) yang dapat memprediksi kekuatan gigitan reptil.
Awalnya mereka mencoba menguji model tersebut pada buaya. Setelah dinilai berhasil, model tersebut kemudian diaplikasikan pada replika tengkorak T-rex.
Para peneliti juga mengatakan bahwa gigitan T-rex yang mampu menghancurkan tulang lawan-lawannya ini tidak bisa disaingi oleh reptil modern.
“Dengan tekanan rahang yang mencapai 3.500 kilogram dan tekanan gigi yang mencapai 195.500 kilogram per inci, T-rex selalu meninggalkan lubang yang dalam, atau bahkan dapat memotong tulang,” ucap Gignac.
Rahasianya adalah pada gigi T-rex yang berbentuk kerucut ini. Gigi tersebut mampu tumbuh hingga beberapa inci dan berganti setiap dua tahun sekali. Hal inilah yang membuat gigi T-rex selalu tampil dalam kondisi prima.
Baca Juga : Mengapa Telur Berbentuk Oval? Aristoteles pun Sempat Dibuat Bingung
Dengan kekuatan gigitan yang terdiri dari puluhan gigi yang begitu mematikan ini, tidak heran bila T-rex tidak merasa kerepotan karena tangannya yang kecil.
“Dinosaurus ini adalah sebuah kepala pemburu karena semua hal dilakukan hanya dengan menggunakan kepala. Hal ini sangat bermanfaat bagi mereka, karena ketika berhadapan dengan mangsa berukuran besar, pembunuhan harus dilakukan secepat mungkin,” kata paleontologis Francois Therrien.