Permintaan Gading Meningkat, 'Demam Mammoth' Menyerang Siberia

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 8 Januari 2019 | 13:00 WIB
Ilustrasi Mammoth (Aunt_Spray/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Permintaan gading yang tinggi telah menyebabkan 'demam mammoth' di Siberia.

Beberapa tahun terakhir, para penjual gading­­–-termasuk dari Tiongkok--berlomba-lomba pergi ke Yakutia, di utara Siberia, untuk menemukan peninggalan mammoth yang berharga tersebut.

Penemuan gading mammoth di wilayah tersebut bukan hanya menguntungkan orang-orang Siberia, tetapi juga gajah. Karena sekarang para pemburu sibuk mencari peninggalan mammoth, maka tidak ada lagi yang membunuh gajah Afrika untuk mengambil gadingnya.

"Tulang mammoth bermanfaat untuk menyelamatkan gajah. Berhasil menemukan peninggalan mammoth penting untuk kita dan Afrika," kata Prokopy Nogovitsyn, penduduk lokal Siberia.

Baca Juga : Arkeolog Temukan Patung Dewa yang Dipuja dengan Menguliti Manusia

Yakutia menyimpan banyak tulang dan gading mammoth karena area tersebut ditutupi permafrost yang secara alami membekukan sisa-sisa hewan purba dari ribuan tahun lalu tersebut.

Pemerintah lokal menyatakan, ada sekitar 500 ribu ton gading mammoth yang terpendam di Yakutia.

Sebenarnya, Yakutia telah lama diketahui menyimpan gading mammoth. Masyarakat setempat pun kerap mengumpulkan tulang dan gading di sepanjang sungai atau lepas pantai Yakutia selama bertahun-tahun.

Namun, 'demam mammoth' baru terjadi akhir-akhir ini, seiring meroketnya harga gading. Ini membuat penduduk lokal berpikir jika mereka berhasil mengumpulkan banyak gading, maka keuntungan yang didapat pun semakin banyak. Satu kilogram gading mammoth yang dijual ke Tiongkok dihargai 1.000 dollar AS (sekitar Rp14 juta).

Selain demi profit, aksi jual beli gading mammoth ini juga semakin marak karena lemahnya regulasi. Juga karena lokasi Yakutia yang terpencil sehingga aktivitas di sana sulit diawasi.

Baca Juga : Ukiran Kuno yang Tersembunyi Selama 600 Tahun Ditemukan di Makam Uskup

Sumber penemuan gading di Yakutia ini dikhawatirkan akan memberikan konsekuensi negatif. Di antaranya, dapat merusak area-area sensitif dan semakin meningkatkan permintaan gading dari seluruh dunia.

Meski begitu, Yet Valery Plotnikov, ahli paleontologi dari Yakutia Academy of Sciences, menepis kritik tersebut. Menurut dia, para kolektor sebenarnya membantu tujuan ilmiah dengan melakukan pencarian gading mammoth––suatu upaya yang belum tentu bisa dilakukan ilmuwan karena biaya terbatas.

"Kami memiliki simbiosis mutualisme dengan para kolektor," ujarnya. Plotnikov menambahkan, terkadang kolektor memberikan gading mammoth secara sukarela kepada peneliti.