Rupa Galaksi Bima Sakti Bila Dilihat Melalui Mata Manusia Super

By Gregorius Bhisma Adinaya, Minggu, 13 Januari 2019 | 12:00 WIB
Galaksi bila dilihat dengan gelombang radio. ()

Nationalgeographic.co.id - Selama ini kita melihat galaksi Bima Sakti dan merasa takjub dengan semua yang ada. Namun semua yang kita lihat ini adalah apa yang mata manusia dapat lihat, yakni yang terkait dengan pantulan cahaya.

Keadaan ini berubah ketika sebuah teknologi mampu menampilkan semburan warna-warna menakjubkan yang berbeda dari biasanya. Penyebabnya adalah, Teleskop Murchison Widefield Array yang berlokasi di pedalaman Australia Barat menerjemahkan gelombang radio yang ada di alam semesta menjadi bentuk visual.

Berbeda dengan mata manusia yang melihat alam semesta dengan membandingkan kecerahan dalam tiga warna primer: merah, hijau, dan biru.

Baca Juga : Mengenal Planet Bola Mata yang Memiliki Sisi Panas dan Dingin Ekstrem

Dengan kemampuan manusia super ini, kita akan bisa melihat galaksi tempat kita tinggal ini dalam 20 warna primer.

“Hal ini jauh lebih baik daripada kemampuan manusia secara umum. Bahkan mengalahkan hewan, seperti udang mantis yang dapat melihat 12 warna primer berbeda,” jelas astronom Natasha Hurley-Walker dari Australia’s Curtin University.

Teleskop radio seharga 50.000.000 dolar AS itu pernah mengerjakan survey antariksa yang belum pernah dilakukan sebelumnya beberapa tahun yang lalu. Proyek itu dikenal sebagai GaLactic dan Extragalactic All-sky survey (GLEAM).

Pandangan GLEAM terhadap Bima Sakti ini lantas mengungkap pusat galaksi berwarna merah cerah—mengindikasikan frekuensi radio terendah—dengan bagian tengah dan frekuensi tertinggi yang diwakili oleh warna hijau dan biru.

Setiap titik dalam gambar adalah galaksi lain. Hingga hari ini, survei tersebut telah mengkatalogkan lebih dari 300.000 di antaranya. Artinya, beberapa gelombang radio yang terlihat dalam gambar ini sebenarnya telah melakukan perjalanan lintas luar angkasa selama miliaran tahun.

Baca Juga : Karyawan Kurang Tidur, Perusahaan di Jepang Terapkan 'Inemuri'

“Tim kami menggunakan survei ini untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika gugusan galaksi bertabrakan,” ungkap Hurley Walker. “Kami juga dapat melihat sisa-sisa ledakan dari bintang paling kuno di galaksi kita, dan menemukan hembusan napas pertama dan terakhir dari berbagai lubang hitam supermasif."

Teleskop Murchison Widefield Array hanyalah pemanasan sebelum langkah besar selanjutnya diciptakan dalam astronomi radio, yaitu teleskop Square Kilometer Array, juga dibangun di Australia. Teleskop terbesar dari jenisnya itu akan sanggup mendeteksi sinyal radio paling lemah yang dipancarkan lebih dari 13 miliar tahun lalu, ketika bintang-bintang dan galaksi-galaksi paling awal mulai terbentuk.