Penggunaan Media Sosial Berlebihan Mirip dengan Efek Kecanduan Narkoba

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 16 Januari 2019 | 09:41 WIB
Media sosial menjadi candu bagi sebagian orang. (ViewApart/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan perilaku di Michigan State University meyakini bahwa pengambilan keputusan berisiko yang dilakukan pengguna internet, mirip dengan para pecandu narkoba dan penjudi.

Penelitian mereka yang dipublikasikan pada Journal of Behavioral Addictions adalah yang pertama kali menyelidiki hubungan antara penggunaan media sosial dengan kapasitas pengambilan keputusan–kualitas yang selama ini kerap diukur pada pecandu.

"Sekitar sepertiga manusia di planet ini menggunakan media sosial. Namun, beberapa dari mereka menunjukkan penggunaan yang maladaptif dan berlebihan," kata Dar Meshi, pemimpin studi sekaligus asisten profesor di Michigan State University.

Baca Juga : Suka Selfie di Lokasi Bencana Alam, Pertanda Gangguan Kejiwaan?

Para peneliti meminta 71 partisipan untuk mengisi survei yang mengukur ketergantungan mereka kepada Facebook.

Kemudian, peneliti bertanya bagaimana perasaan partisipan setelah terputus dari Facebook. Juga apakah mereka pernah mencoba berhenti atau bagaimana media sosial tersebut memengaruhi pekerjaan mereka.

Terakhir, para peserta diminta untuk melakukan permainan memori dengan setumpuk kartu. Mereka mengikuti teknik psikologi Iowa Gambling Task (IGT) yang biasanya digunakan untuk menyimulasikan pengambilan keputusan di kehidupan nyata.

Baca Juga : Harga Tiket Penerbangan Domestik Sangat Mahal, Ini Faktor Penyebabnya

Hasil yang ditemukan para ilmuwan MSU menunjukkan bahwa partisipan yang buruk saat melakukan IGT, ternyata menggunakan media sosial secara berlebihan. Sementara yang mudah mengambil keputusan, menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial. Hasil ini sesuai dengan mereka yang menggunakan narkoba, seperti opioid dan metamfetamin.

"Saya percaya media sosial memiliki manfaat luar biasa bagi individu. Namun, mereka juga memiliki sisi gelap yang membuat orang-orang tidak bisa keluar dari sana," papar Meshi.

"Kita perlu memahami lebih jauh tentang dorongan ini sehingga dapat menentukan apakah penggunaan media sosial secara berlebihan harus dianggap sebagai kecanduan," pungkasnya.