Erupsi Tambora Memerahkan Mentari, Pelukis Eropa Menjadi Saksinya

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 3 Februari 2019 | 10:00 WIB
(Joseph Mallord William Turner)

Lukisan berjudul "Neubrandenburg" (Neubrandenburg in the morning mist), 1816-1817. (Caspar David Friedrich )
“Lukisan hasil karya para seniman sohor,” ungkap Zerefos, “memberikan informasi tentang kedalaman pengelihatan pada aerosol yang menyusul letusan gunung berapi besar.” Dunia ilmu pengetahuan merujuk aerosol sebagai sistem tersebarnya partikel halus zat padat atau cair dalam gas atau udara—seperti asap dan kabut.

Lukisan berjudul "Ansicht eines Hafens" (View of a harbour), 1815-1816. (Caspar David Friedrich )
“Ada hubungan menakjubkan,” ungkap Zerefos ketika memaparkan derajat warna merah dalam lukisan yang dibuat di tahun-tahun terjadinya erupsi gunung api. 

“Saya tidak melukis sesuatu supaya bisa dimengerti, tetapi saya berharap dapat menunjukkan seperti apa suasana saat itu.”

Gunung Tambora pernah memuntahkan material erupsi 55 juta ton berupa gas sulfur-dioksida sejauh 43 kilometer ke angkasa pada awal April 1815. Kemurkaannya melahirkan bencana gunung api terburuk sepanjang ingatan manusia—lebih mengerikan ketimbang letusan Vesuvius yang mengubur Kota Pompeii di Italia pada abad pertama. Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa inilah menjadi biangnya.

Baca Juga : Kasus Demam Berdarah Meningkat, Inilah 10 Provinsi dengan Kasus Tertinggi

Dampak letusan Tambora sungguh mahadahsyat dan mengglobal. Setahun setelah erupsi, Eropa dan juga Amerika bagian timur dilanda musim dingin yang berkepanjangan, dengan suhu dingin yang jauh lebih rendah ketimbang biasanya.

Zerefos mengakhiri paparannya dalam jurnal tersebut dengan mengutip pendapat salah satu pelukis sohor asal Inggris yang menggandrungi romantisme pemandangan, Joseph Mallord William Turner. “Saya tidak melukis sesuatu supaya bisa dimengerti, tetapi saya berharap dapat menunjukkan seperti apa suasana saat itu.”

Joseph Mallord William Turner, The Lake, Petworth: Sunset, Fighting Bucks. (Joseph Mallord William Turner)

"The Lake, Petworth: Sunset, Fighting Bucks" karya  J.M.W. Turner pada 1828. Ini merupakan karya yang melukiskan terbenamnya matahari di luar peristiwa erupsi besar gunung berapi. Bandingkan warna matahari dalam karya bertema latar sama pada 1816-1817.