Ilmuwan Kembangkan Pil untuk Mengatasi 'Wabah' Kesepian, Seperti Apa?

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 4 Februari 2019 | 08:00 WIB
Kesepian menjadi salah satu hal yang berisiko sebabkan kematian. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Apakah Anda sering merasa kesepian? Jika iya, maka Anda tidak sendiri.

Satu dari sepuluh warga Amerika mengatakan bahwa mereka merasa terisolasi setiap waktu. Setengah juta warga Jepang juga dilaporkan menderita kondisi ini.

Peneliti asal AS mengatakan bahwa ia memiliki jawaban atas masalah kesepian yang 'mewabah', dalam bentuk sebuah pil.

Baca Juga : Membuat Makanan Bergizi dari Listrik dan Mikroba untuk Atasi Kelaparan

Stephanie Cacioppo, Direktur Brain Dynamics Lab di University of Chicago Pritzker School of Medicine, sedang menelitii sebuah pil yang diharapkan dapat mencegah seseorang mengalami kesepian kronis.

"Kesepian meningkatkan risiko kematian hingga 26%. Lebih parah dari obesitas. Ia juga dapat menular seperti wabah," kata Cacioppo.

Meski mendapat kritik karena menciptakan pil untuk mengatasi kesepian, tapi Cacioppo menegaskan bahwa obat tersebut hanya dikonsumsi sebagai 'penyelamat' di waktu genting, bukan solusi jangka panjang.

"Pil ini akan sangat membantu untuk mencegah bunuh diri. Bukan pengganti kehidupan sosial yang lebih sehat," tambahnya.

Lalu seperti apa sebenarnya pil ini? Cacioppo berfokus pada normalisasi kadar allopregnanolone–yang secara alami memproduksi neurosteroid di dalam tubuh. Senyawa tersebut dapat mengatasi beberapa perubahan biologis yang berhubungan dengan kesepian di otak.

Pil tersebut, lanjut Cacioppo, berbeda dengan obat antidepresan yang ada saat ini. Ia menargetkan kesepian dengan lebih spesifik.

Baca Juga : WAPA Pantura: Jangan Tinggalkan ODHA

Stres keuangan, hidup sendiri, kehidupan rumah tangga yang tidak bahagia, serta kurangnya interaksi sosial, merupakan penyebab utama kesepian.

"Kami melihat puncak kesepian dirasakan pada mereka yang kesulitan terhubung dengan orang-orang di sekitarnya," pungkas Cacioppo.