Nationalgeographic.co.id - Di Australia, ular terkadang menyelinap ke halaman belakang rumah penduduk. Ketika cuaca menghangat, mereka dengan senang hati berjemur di bawah matahari. Namun, ketika udaranya terlalu panas, maka mereka mulai mencari tempat yang lebih 'adem' dan lembap. Di antaranya, celah dinding, di bawah kulkas, atau di belakang AC.
Luke Huntley, pemburu ular yang tinggal di Queensland, mendapat panggilan untuk menangkap ular-ular yang bersembunyi di kamar mandi penduduk saat Australia mengalami gelombang panas ekstrem tahun ini.
Baca Juga : Dimodifikasi, Ayam Ini Hasilkan Telur dengan Kandungan Obat Antikanker
Minggu lalu, Luke menangkap ular piton berukuran tujuh kaki yang merayap masuk ke pintu rumah yang terbuka dan memanjat ke shower rumah warga–bukan hanya untuk menghindari panas, tapi juga mencari air.
Beberapa hari sebelumnya, Luke menangkap ular pohon yang melingkar di ember toilet pemilik rumah.
"Dengan iklim panas dan kering, ular-ular ini berusaha untuk tetap terhidrasi dan mencari kesejukan seperti kita," papar Huntley dalam unggahan di akun Facebooknya.
Ketika pusaran kutub menyerang AS, hal sebaliknya justru terjadi di Australia. Gelombang panas telah 'membakar' lanskap Australia dan memicu kebakatan hutan yang merusak.
Pada Kamis (24/1) lalu, suhu meningkat hingga 47 derajat celsius di Adelaide, Australia Selatan. Menurut Angela Fritz dari Capital Weather Gang, itu merupakan suhu tertinggi di kota-kota Australia.
Berdasarkan data dari Bureau of Meteorology, suhu Australia telah menghangat 1 derajat celsius sejak 1910. Menyebabkan gelombang panas dan kekeringan yang semakin sering.
Dengan suhu yang menghangat itu pula, lebih banyak ditemukan ular. 'Musim ular' dimulai pada September, awal musim semi di Australia. Itu berlanjut sepanjang musim panas, dari Desember hingga Februari.
Baca Juga : Kasus Demam Berdarah Meningkat, Inilah 10 Provinsi dengan Kasus Tertinggi
Australia sendiri memiliki sekitar 140 spesies ular. Seiring permukiman yang semakin berkembang dan mengambil habitat ular, maka warga akan lebih sering bertemu dengan hewan tersebut.
"Fenomena ini memberi kita lasan tambahan untuk lebih memperhatikan lingkungan karena seperti yang kita tahu, perjumpaan dengan ular tidak selalu berakhir dengan baik," kata Timothy Jackson, peneliti dari Australian Venom Research Unit.