Spesies Tarantula Unik Ditemukan dengan Tanduk di Atas Kepalanya

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 18 Februari 2019 | 11:35 WIB
Spesies tarantula unik yang memiliki tanduk di kepalanya. (Ian Engelbrecht)

Nationalgeographic.co.id – Detail dari spesies tarantula terbaru ini cukup unik sehingga mengejutkan para peneliti yang sedang bertugas di Angola. Laba-laba tersebut memiliki fitur yang berbeda dari sejenisnya.

Diberi nama Ceratogyrus attonitifer, ia memiliki fitur seperti tanduk yang menonjol dari bagian belakang kepalanya–memanjang hampir di seluruh tubuhnya.

“Spesies terbaru Ceratogyrus sangat luar biasa. Tidak ada laba-laba lain di dunia yang memiliki tonjolan tanduk seperti itu,” tulis para peneliti dalam studi mereka yang dipublikasikan pada jurnal African Invertebrates. Mereka pun sempat kebingungan dengan hewan ini.

Baca Juga : Coral Triangle, Ibu Kota Kehidupan Para Makhluk Laut di Asia

C. attonitifer hanya memiliki panjang beberapa sentimeter dan biasanya memangsa serangga. Ia masuk ke dalam kelompok laba-laba babon bertanduk, meskipun tidak semua spesies yang ada di sana memiliki tanduk seperti C. attonitifer.

Tanduk C. attonitifer lebih lunak dan panjang, menjadikan makhluk ini unik di antara laba-laba lain di kelompoknya.

Meskipun baru ditemukan, tapi masyarakat asli di Angola, telah lama melihat spesies ini. Mereka memanggilnya dengan sebutan ‘yang sempurna’, karena pengalaman dengan arakhnida ini telah memberikan wawasan mendasar tentang biologi dan gaya hidupnya.

Baca Juga : ‘Black Panther’ Langka Ditemukan di Afrika Pertama Kalinya Sejak 100 Tahun

Antara 2015 dan 2016, para peneliti telah mengumpulkan beberapa spesimen betina dari hutan miombo di pusat Angola. Mereka menemukan bahwa sang betina kerap memperbesar lubang yang sudah ada dibanding menggali lubang baru sendiri. Dan meski berbisa, tapi peneliti yakin C. attonitifer tidak berbahaya bagi manusia.

Ada beberapa kematian yang dilaporkan terkait gigitan laba-laba ini, tetapi diyakini bahwa infeksi dan akses medis yang buruk lah yang menjadi penyebab kematian­–bukan karena racunnya.

Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa jangkauan laba-laba babon bertanduk ini sangat luas, membentang hampir 600 kilometer (373 mil). Para peneliti menyarankan, studi selanjutnya harus dilakukan pada laba-laba jantan dewasa untuk lebih memahami hubungan antara C. attonitifer dan anggota lain dari genusnya dan apa yang membuatnya sangat unik dan berbeda.