Nationalgeographic.co.id - Dini hari pukul 02.30 WIB, pada hari Selasa (19/2/2019), Malang dan sekitarnya berguncang. Gempa dengan magnitudo 5,6 (awalnya disebut 5,9) terjadi di Malang, tepatnya 170 km arah selatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan kedalaman 42 km.
Berdasarkan laporan, getaran tersebut dirasakan hingga Kuta dan Nusa Dua, Bali.
Baca Juga : Gunung Bromo Erupsi, Kolom Abu Mencapai Ketinggian 600 Meter
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (19/2/2019), Musripan, Kepala Stasiun Geofisika Karangkates, Kabupaten Malang mengatakan bahwa gempa yang berpusat di koordinat 9,67 LS dan 112,74 BT ini disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia. Lempeng ini berada di zona megathrust.
Hal di atas ia simpulkan berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter. Melihat kedalaman hiposenternya, pusat gempa ini tepat berada di bidang kontak antarlempeng, atau biasa disebut dengan interplate earthquake.
Sementara itu, hasil analisis menunjukkan bahwa gempa dibangkitkan oleh adanya deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). "Mekanisme ini sangat sesuai karena terjadi di zona tumbukan lempeng (plate collision)," ungkap Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami, seperti dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga : Tidak Terprediksi, Namun Jakarta Perlu Waspada Gempa Sunda Megathrust
Berdasarkan catatan sejarah gempa di Jawa Timur, selatan Malang memang sering dilanda gempa besa yang merusak. Pada 15 Agustus 1896, gempa dengan skala intensitas VI MMI mengakibatkan banyak kerusakan rumah di Malang Selatan. Pada 20 November 1958, guncangan juga terjadi dengan skala VII-VIII MMI dan mengakibatkan fenomena tanah terbelah.
Tiga gempa besar berikutnya pun terjadi pada tahun 1962, 1963, dan 1972.