FOTO: Milaya Sudan nan Berharga

By Rahmad Azhar Hutomo, Kamis, 28 Februari 2019 | 07:00 WIB
Irene Sonia berpose di depan milaya, atau seprai salah satu dari beberapa benda yang berhasil dibawa oleh ibunya ketika mereka mengungsi dari Sudan Selatan ke Uganda. (Nora Lorek)

Nationalgeographic.co.id - Saat perang, ratusan ribu penduduk Sudan Selatan meninggalkan rumah, membawa apa yang bisa dibawa.

Lima tahun silam, perang saudara berkecamuk di Sudan Selatan. Pada 2016, sempat disepakati gencatan senjata, tapi upaya itu gagal.

Penduduk negeri ini mengungsi, membawa barang yang menurut mereka sangat berharga, seprai atau milaya.

Baca Juga : Sudan, Badak Putih Utara Terakhir Telah Tiada

Bagi banyak pengungsi, milaya adalah satu-satunya yang tersisa dari kampung halaman dan cara untuk menambah penghasilan.

Rose Jaun, 38, mengerahkan wanita di Bidibidi untuk menjahit dan menjual milaya. “Ini memberi kami waktu untuk mengobrol, berbagi pikiran, sekaligus mendapatkan penghasilan,” ujarnya kepada Lorek.

Enam puluh wanita bisa menghasilkan dua milaya dalam sepekan, hingga kelangkaan kain menghambat mereka.

Fotografer: Nora Lorek

Penulis: Nina Strochlic