Nationalgeographic.co.id - UNICEF, lembaga PBB untuk anak-anak mengimbau agar anak-anak dari anggota ISIS tidak diperlakukan sebagai teroris.
Geet Cappelaere, Direktur Regional UNICEF mengatakan bahwa nasib anak-anak dan keluarga yang berhasil kabur dari benteng terakhir ISIS jangan diabaikan.
UNICEF mengatakan ada sekitar 3.000 anak yang dilahirkan oleh orang tua warga asing yang saat ini tinggal di dalam kamp Al-Hol. Mereka keluar dari sisa-sisa "kekhalifahan" ISIS dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga : Genderqueer, Ketika Seseorang Tidak Merasa Sebagai Pria Ataupun Wanita
Setidaknya mereka yang tinggal di sana berasal dari 43 negara yang berbeda. Bahkan ada banyak anak-anak Suriah dan Irak yang telantar terkait dengan ISIS.
"Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan melihat kembali genosida Rwanda pada pertengahan 1990-an," ucap Geet.
"Ada solusi untuk anak-anak ini. Namun membutuhkan keberanian politik, dan komitmen politik. Anak-anak ini adalah anak-anak, mereka bukan teroris," ucapnya lebih lanjut.
Mengutip Kompas.com, ada sebanyak 5 juta anak dilahirkan sejak awal konflik terjadi pada tahun 2011.
Baca Juga : Berhasil Lepas dari Jugun Ianfu Karena Menyamar Sebagai Lelaki
Terkait dengan hal tersebut, sebuah kasus pun mencuat. Seorang bayi, anak dari pengantin ISIS asal Inggris, Shamima Begum meninggal di kamp. Hal ini kemudian membuat dunia menyorot betapa sulitnya kehidupan di kamp pengungsian.