Selisik Makam Kapten Tack, Perwira VOC Abad Ke-17

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 18 Maret 2019 | 19:20 WIB
Lambang heraldik keluarga Pieter Janse van Hoorn yang terukir megah di nisannya. (Mahandis Yoanata Thamrin)

 

 
Batu nisan keluarga Pieter Janse van Hoorn. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
Batu nisan itu bercerita: "Tuan François Tack dari Den Haag lahir 28 Mei 1649 wafat di Kartasura 8 Februari 1686." Tiga baris kata-kata di nisan keluarga Pieter Janse van Hoorn yang mengungkapkan bahwa Sang Kapten nan malang itu dikebumikan di Batavia

Lukisan karya Tirto dari Gresik (1890-an), yang menggambarkan terbunuhnya Kapten Tack. (Tropenmuseum/Wikimedia Commons)

Lalu siapakah sosok terhormat mertua Tack yang bernama Pieter Janse van Hoorn?

Awalnya, Pieter merupakan seorang pedagang mesiu di Batavia namun bangkrut. Kemudian, kembali lagi ke Batavia dan menjabat sebagai penasihat pajak, dewan kota Batavia, dan sederet jabatan bergengsi lainnya. Konon, dia bisa kembali ke Batavia lantaran sang istri, Sara Bessels, yang dikenal dekat dengan para pejabat VOC papan atas. Nisan keluarga yang kami saksikan tersebut terbuat dari batu gunung atau blauwsteen, yang umumnya dipesan dari pantai selatan India. Prasasti pada nisan menunjukkan bahwa Tack dimakamkan bersama empat jenazah keluarga mertuanya.

Pieter Janse, sang ayah mertua, wafat pada Januari 1682, sedangkan Sara, sang ibu mertua, wafat pada Juli 1686. Di tempat yang sama dimakamkan pula Pieter van Hoorn de Jonge, anak lelaki sulung, dan Catharina van Hoorn de Jonge, putri bungsu mereka. Masing-masing wafat pada November 1680 dan Mei 1683. Batu nisan juga merupakan ‘arsip penduduk’ masa lampau, demikian menurut Lilie, karena dari prasasti pada batu nisan itu kita dapat merekonstruksi struktur sosial dan budaya suatu masyarakat.Simak kisah perjalanan panjang nisan Kapten François Tack dan keluarga mertuanya, dari Hollandsche Kerk sampai Permakaman Kristen Kebonjahe, di National Geographic Indonesia.