Banjir Tinja Manusia di Gunung Denali, Dampak Perubahan Iklim

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 9 April 2019 | 16:16 WIB
Gunung Denali. (1111IESPDJ/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Kita telah melihat berbagai dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, gelombang panas, dan kekeringan ekstrem. Namun, sekarang ada masalah yang lebih menjijikan dalam artian sebenarnya.

The National Park Service (NPS) sedang bersiap untuk menghadapi longsoran kotoran manusia saat permukaan es Gunung Denali mencair dan mengungkap 66 ton tinja yang ditinggalkan para pendaki.

Lima jam perjalanan dari utara Anchorage, Alaska, Gunung Denali merupakan gunung tertinggi di Amerika. Sebagai salah satu dari tujuh puncak dunia, gunung tersebut menarik perhatian para penjelajah dari seluruh dunia. Diperkirakan ada 1.200 pendaki yang berusaha menaklukannya setiap tahun. Bersamaan dengan itu, sekitar 2,2 ton kotoran manusia tertinggal di Gunung Denali–hampir setara berat seekor badak.

Baca Juga : Paparan Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesehatan Mental Bagi Anak Muda

Secara historis, feses manusia ini akan terbuang ke lubang salju di sepanjang rute menuju gletser Kahiltna atau ceruk yang dalam. Diharapkan itu akan tertutup tanah penuh es, tapi kenyataannya berbeda karena gletser justru semakin mencair akibat perubahan iklim.

Meski para pendaki kini mulai bertanggung jawab dengan membawa turun kembali kotorannya, tapi 60 ton feses yang terlanjur ditinggalkan pengunjung sebelumnya tetap menjadi masalah. Hasil peneltian yang dilakukan Michael Loso, glasiolog dari National Park Service, menunjukkan bahwa kotoran yang dibuang pada akhirnya dapat muncul kembali di hilir di mana permukaan gletser mulai mencair.

Ini tidak hanya menjijikan, tapi juga bisa menimbulkan masalah kesehatan. Patogen yang ditemukan pada tinja manusia dapat bertahan beberapa dekade setelah terkubur di salju atau ceruk.

“Feses akan muncul kembali ke permukaan tidak jauh berbeda dengan kondisi pertama kali ia dikubur. Secara biologis, ia masih aktif sehingga E.coli yang ada di dalamnya tetap hidup dan berkembang dengan baik. Bahkan bentuk dan bau tinja pun kemungkinan masih sama,” papar Loso.

Dan masalah kotoran manusia ini semakin mendesak seiring semakin cepatnya gletser mencair karena perubahan iklim. Dalam 50 tahun terakhir, taman nasional Alaska telah kehilangan 8% lapisan esnya.

Baca Juga : Inilah Alasan Menteri Susi Pudjiastuti Re-tweet Soal Sampah Plastik di Pantai Sendang Biru

Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan tahun lalu, mengungkapkan bahwa kenaikan suhu telah membuat gletser gunung Denali mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya—setidaknya dalam 400 tahun.

“Kita telah kehilangan banyak gletser di taman nasional Alaska. Bahkan jumlahnya lebih luas dibanding Pulau Rhode secara keseluruhan,” kata Loso.

Dengan ini, berarti kita akan lebih sering melihat kotoran manusia yang muncul kembali di permukaan gunung. Terutama pada musim pendakian di bulan April.