Diari Perjalanan: Ragam Kisah Visual nan Menawan dari Menara Galata

By Didi Kaspi Kasim, Sabtu, 13 April 2019 | 13:30 WIB
Menara Galata, salah satu penanda Istanbul yang memikat siapa saja untuk mengunjunginya. (Didi Kasim/National Geographic Indonesia )

Nationalgeographic.co.id - Teras ini berada di ketinggian. Sejauh mata memandang terlihat panorama mengagumkan. Tapi, beranda di atas menara ini tak punya kemewahan dalam hal ukuran luas. Sempit.

Pengunjung terus berdatangan. Kami pun harus berdesakan. Tujuannya sama, mengabadikan momen saat pelesir agar bisa membagikan kisah lewat media sosial. 

Saya berada di bagian atas dari Menara Galata. Salah satu bangunan penanda kota ini berdiri kokoh melintasi zaman. Ia pernah beralih fungsi menjadi menara pengawas kebakaran, hingga menjadi saksi sejarah ketika Hezarfen Ahmet Celebi yang menjadi manusia terbang pertama dari Turki, pada jaman kerajaan Ottoman di abad ke-17 silam.

Baca Juga : Kisah Jelajahi Emas Putih yang Tersembunyi di Pucuk Ketinggian Turki

Memotret di ruang terbatas bukan lagi jadi kendala. Saat ini produsen gawai telah membekali fitur kamera dengan lensa ultra lebar yang memudahkan kita menangkap seluruh adegan. (Didi Kasim/National Geographic Indonesia)

Saya menduga burung-burung yang hinggap di menara saat ini adalah keturunan dari satwa bersayap yang dulu menjadi inspirasi Hezarfen Ahmet membuat sayap mengikuti konstruksi sayap burung-burung tersebut. DIa meluncur dari sisi Eropa Turki untuk kemudian mendarat di Distrik Uskudar yang adalah sisi Asia sekarang, melayang sejauh kurang lebih 6 kilometer.

Saya pun membayangkan Koloni Genoese pada kurun waktu abad ke 14 berdiri di Menara Galata. Para penjaga berdiri mengawasi teluk Golden Horn, pemandangan kota tua Konstantinopel membentang di hadapan.

Istanbul punya daya tarik magis nan kuat bagi para pejalan. Bayangkan kita bisa memasuki ruang waktu, sejak kota modern di pusat Istanbul hingga peninggalan tua sejarah berabad-abad lalu macam Menara Galata.

Baca Juga : Arkeologi Bawah Air: Gereja Kuno Ditemukan Terendam di Danau Turki

Keramahan penjaja buah nan segar di salah satu sudut Istanbul, Turki. (Didi Kasim/National Geographic Indonesia)

Kini Menara Galata kembali beralih fungsi menjadi pusat atraksi pariwisata Istanbul, dengan fasilitas restoran di puncaknya dan teras-teras yang bisa membawa para pejalan berkeliling mengitari dengan pemandangan tersuguh dua benua di depan mata, Asia dan Eropa.

Beberapa lift tersedia bagi pejalan untuk sampai di lantai sebelum puncak, melanjutkan dengan beberapa anak tangga yang melingkar di dinding menara membawa kita pada kenangan sejarah yang telah dilalui oleh tengara Turki ini.

Menerima tantangan never affraid to explore Samsung Galaxy S10, kami menggenggam gawai anyar ini merekam kemewahan sejarah yang ditawarkan oleh Galata. Fitur ultra wide begitu bermanfaat ketika kami berdesakkan dengan para pengunjung lain mengitari dinding luar menara.

Baca Juga : Samsung 'Tantang' Pengguna Hasilkan Foto Jelek dengan Galaxy Note9

Cobalah memotret lanskap pusat peradaban Turki dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan mengetahui fitur dasar dalam kamera gawai kita, niscaya kita mampu berkreativitas dalam membuat karya visual. (Didi Kasim/National Geographic Indonesia)

Berdiri di belakang dua pasangan kasmaran yang sedang selfie saya tak punya kesulitan berarti mengambil momen tersebut. Fitur rana selebar 123 derajat ini mampu menangkap ekspresi kedua manusia itu diwarnai dengan latar belakang teluk dan kota tua Istanbul. Mengagumkan!

Refleksi samar pengunjung yang sedang menikmati teh dengan cangkir-cangkir unik khas budaya Turki di dalam restoran tertangkap oleh Samsung Galaxy S10, tak hanya jendela, arsitektur menara tertangkap beserta pemandangan yang terpantul dari balik kaca, menangkap momen romantis khas pemandangan Eropa dengan ciri Earth Tone-nya.

Seekor burung hinggap di sebuah ruas pagar teras menara, dengan cepat tangan mengolah gawai memindahkan fitur kamera ke video dengan fitur Super steady-nya, potongan-potongan video pendek menjadi koleksi menarik tersimpan untuk kembali digunakan lain waktu untuk bercerita tentang Galata.

Menuruni anak tangga, menara yang terdiri dari 9 lantai ini dilengkapi dengan penerangan yang cukup, untuk menghindari kuatnya cahaya yang mungkin dapat mengurangi nilai estetika interior dalam. Kondisi yang minim cahaya ini saya manfaatkan untuk menikmati sensor kamera Samsung Galaxy S10, kemampuan mengagumkan tanpa perlu memperlambat rana, gawai ini mampu menangkap keremangan interior menara dan menambah aura magis yang tertangkap lensa.

Udara dingin menyeruak. Semilirnya melintasi leher seketika melangkahkan kaki dari pintu keluar menara. Penjaja bergerobak begitu hiruk menawarkan dagangannya. Ada pula pemandu turis yang sibuk memanggili anggota rombongan pelancong agar kembali berkumpul.

Semua itu menghiasi kawasan kaki menara Galata. Entah, mungkin dulu berabad-abad yang lalu pun suasananya sama seperti hari ini, apapun itu, Turki telah sukses memepertahankan monumen ini dan mampu menceritakan kisah mereka jauh melewati waktu.

Datanglah Menara Galata akan menanti kita dengan beragam kisah nan menawan.