Bertekad membuat material yang memiliki sebagian sifat plastik dan mampu menggantikan fungsinya, ia berusaha mengembangkan bioplastik, yaitu plastik ramah lingkungan dari bahan terbarukan dan bisa terurai secara biologis di alam.
“Ide bioplastik muncul untuk menggantikan plastik sekali pakai, yang selalu menjadi sampah dan tidak pernah didaur ulang,” ungkapnya. Dikembangkan sejak 2017, ia menciptakan edible bioplastic—”plastik” yang bisa dimakan. Isroi berhasil membuat kemasan bening, berbahan utama tepung singkong atau tapioka.
Baca Juga : Mahasiswa IPB Teliti Bioplastik dari Klobot
Bioplastiknya ini telah digunakan untuk membungkus dodol dari Banjarnegara. Sebagai pengganti plastik sekali pakai, bioplastik yang dapat dimakan ini tidak akan menghasilkan sampah. Jika dibuang pun, bioplastik bisa menjadi pakan, atau dikomposkan dan diuraikan oleh alam dalam waktu kurang lebih tiga bulan.
Selain itu, Isroi juga menggunakan limbah industri sawit, sebagai salah satu bahan baku pembuatan bioplastik—yaitu monomer gula dan turunannya (selulosa), yang sangat melimpah dalam tandan kosong kelapa sawit, yang tersedia sepanjang tahun.
Walaupun bioplastik ini masih terus dikembangkan di laboratorium dan dalam proses mendapatkan hak paten, Isroi berharap bahwa dalam waktu satu atau dua tahun mendatang, bioplastik ini sudah bisa diproduksi secara komersial.
Baca Juga: Tak Terurai Sepenuhnya, Plastik 'Biodegradable' Masih Menyimpan Bahaya Bagi Lautan
“Target kami ke depan, adalah menciptakan pembungkus minyak bumbu dalam mi instan yang bisa langsung dimasak tanpa membuka bungkusnya.” Bahkan, sebuah prototipe mangkuk bioplastik yang bisa disantap, sudah tersedia di laboratoriumnya. (Titania Febrianti)
Sumber: Majalah National Geographic Indonesia bulan Juni tahun 2018