Benarkah Jalan Kaki 10.000 Langkah Bisa Menurunkan Risiko Kematian?

By Nathania Kinanti, Senin, 3 Juni 2019 | 10:42 WIB
10.000 langkah setiap hari. (kieferpix/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Pernahkah Anda mendengar "10.000 langkah setiap hari untuk menurunkan risiko penyakit atau kematian"? 

Tidak ada yang mengetahui pasti asal mula mitos 10.000 langkah ini, tetapi menurut Dr I-Min Lee, pemimpin penelitian sekaligus profesor di Harvard Medical School, itu diduga muncul pada 1960-an.

Saat itu, sebuah perusahaan di Jepang membuat alat pengukur langkah bernama Manpo-kei, yang apabila diterjemahkan artinya adalah 10.000 langkah. 

 Baca Juga: Lihat Kumpulan Foto Keseharian, Ibu Ani Yudhoyono dalam Kenangan Visual Jurnalis

Namun, apa benar kita harus mencapai angka 10.000 langkah setiap harinya agar tetap sehat?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya kita tidak perlu berjalan sebanyak itu.

Dalam sebuah studi yang melakukan observasi terhadap hampir 17 ribu perempuan, para peneliti mengamati pengaruh jumlah langkah yang diambil dengan risiko kematian. 

Mereka ingin mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang diperlukan agar dapat memberikan manfaat pada tubuh. Selama empat tahun, mereka membagi peserta ke dalam empat kelompok besar berdasar jumlah langkah harian yaitu 2.700, 4.400, 5.900, dan 8.500 langkah.

Para peneliti mengamati seluruh aktivitas para perempuan dan memasang alat penghitung jumlah langkah dan kecepatan kegiatan peserta. 

Menurut hasil pengamatan, perempuan yang berjalan 4.400 langkah setiap hari memiliki 41% risiko kematian yang lebih kecil ketimbang yang hanya melakukan 2.700 langkah. 

Baca Juga: Ibu Ani Yudhoyono dalam Kenangan, Luncurkan Buku dan Gelar Pameran Karya Foto pada 2011

Dari penelitian ini, diketahui bahwa angka maksimal untuk memperoleh manfaat kesehatan adalah 7.500-8.500 langkah setiap hari. Apabila jumlah langkah melebihi angka tersebut, maka dampak yang didapatkan oleh tubuh menjadi negatif dan justru meningkatkan risiko kematian. 

Selain itu, menurut Lee, cepat atau lambatnya langkah tidak memiliki pengaruh. Meskipun begitu, ia menambahkan, belum mengetahui dengan pasti apakah manfaat langkah tersebut memiliki dampak yang sama pada pria.