Mengonsumsi Antibiotik Dapat Mengubah Flu Menjadi Penyakit Mematikan

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 5 Juli 2019 | 13:56 WIB
Ilustrasi flu. (cyano66/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Penyalahgunaan antibiotik telah menyebabkan munculnya sejumlah besar bakteri resistan yang berpotensi mengancam kesehatan manusia di masa depan.

Lebih parahnya, sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Cell Reports mengungkapkan bahwa kekeliruan dalam menggunakan antibiotik untuk mengobati flu, dapat membuat penyakit itu menjadi tiga kali lebih mematikan. Yakni, dengan melumpuhkan garis pertahanan pertama tubuh terhadap virus flu.

Diketahui bahwa bakteri di sistem pencernaan kita sebenarnya merupakan responden pertama dari virus flu. Mereka bekerja menghancurkan patogen yang tidak diinginkan jauh sebelum sel kekebalan tubuh dimobilisasi.

Namun sayangnya, ketika antibiotik mengganggu mikrobiota kita, bakteri responden ini jadi tidak bisa menangkal virus.

Baca Juga: Minum Air Dingin Saat Cuaca Panas, Bagaimana Dampaknya Pada Tubuh?

Menurut para peneliti, perlu waktu dua hari bagi sistem kekebalan tubuh untuk mendeteksi keberadaan virus flu, sebelum mulai mengaduk sel darah putih untuk memburu dan menghancurkannya. Dalam kurun waktu tersebut, virus biasanya bersembunyi di lapisan paru-paru di mana ia berkembang biak.

Sementara itu, bakteri di dalam pencernaan menggunakan jenis pensinyalan interferon tipe 1 untuk mengaktifkan gen antivirus pada sel-sel yang melapisi paru-paru. Dengan begitu, mereka bisa langsung melepaskan protein penghenti virus flu agar tidak dapat berkembang biak dengan cepat.

Dengan kata lain, bakteri di dalam sistem pencernaan kita memastikan bahwa virus flu tetap berada dalam jumlah yang sama sehingga dapat dikalahkan sel-sel kekebalan tubuh yang bekerja dua hari kemudian.

Baca Juga: Menonton TelevisI Lebih Buruk Bagi Kesehatan Dibanding Duduk Seharian di Kantor

Para ilmuwan dari Francis Crick Institute di London, memberikan antibiotik kepada tikus sebelum diinfeksi dengan virus flu.

Dalam dua hari, hewan tersebut diketahui memiliki virus flu lima kali lebih banyak di paru-parunya, dibanding tikus yang tidak diberikan antibiotik. Alhasil, hanya sepertiga tikus dengan antibiotik yang berhasil selamat dari flu.

Mengomentari hasil penemuan ini, Andreas Wack, pemimpin penelitian, menyatakan bahwa “antibiotik dapat meningkatkan resistansi virus sehingga itu tidak bisa diberikan atau diresepkan dengan mudah”.