Proyek Palapa Ring Telah Paripurna, Tiba Saatnya Kemerdekaan Jaringan Internet Kecepatan Tinggi

By National Geographic Indonesia, Kamis, 29 Agustus 2019 | 15:23 WIB
Menara tertinggi Proyek Palapa Ring yang berada di puncak ‘Batas Batu’, kawasan Taman Nasional Lorentz, tepatnya di Kabupaten Nduga, Distrik Mbua. Ketinggiannya mencapai 4.200 meter. (PTT/BAKTI/KOMINFO)

Nationalgeographic.co.id – Sesaat lagi koneksi internet cepat akan dirasakan masyarakat Indonesia dan dapat digunakan secara komersial. Pasalnya, tiga paket proyek Palapa Ring yaitu Palapa Ring Paket Barat, Palapa Ring Paket Tengah, dan Palapa Ring Paket Timur telah rampung.

Palapa Ring adalah proyek strategis nasional pembangunan jaringan tulang punggung serat optik nasional. Jaringan ini akan menghubungkan seluruh kota/kabupaten di Indonesia.

Dalam pembangunan proyek Palapa Ring, pemerintah melakukan dua skema. Pertama, skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) yang akan dilaksanakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Kedua, skema Non-KPBU yang akan dilaksanakan PT Telkom. BAKTI akan menjangkau 90 kabupaten/kota dan PT Telkom akan menjangkau 457 kabupaten/kota di Indonesia.

Proyek Palapa Ring ini menghubungkan jaringan sepanjang 12.128 kilometer dari barat hingga timur Indonesia, yang akan mengitari Indonesia di darat dan di laut. Peinciannya, Palapa Ring Paket Barat menjangkau wilayah Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat dengan jaringan laut sepanjang 1.743 kilometer dan darat sepanjang 404 kilometer. Jaringannya menghubungkan 5 kabupaten/kota dan 7 kabupaten/kota.

Kemudian, Palapa Ring Paket Tengah meliputi wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Kalimantan Timur dengan panjang jaringan 1.798 kilometer di laut dan 1.304 kilometer di darat yang menghubungkan 17 kabupaten/kota dan 10 kabupaten/kota. Sedangkan, Palapa Ring Paket Timur meliputi wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua dan Papua Barat dengan panjang 4.426 kilometer di laut dan 2.452 kilometer di darat, yang menghubungkan 35 kabupaten/kota dan 16 kabupaten/kota.

Ketiga proyek Palapa Ring baru selesai dan sudah memasuki masa opersional dan komersial. Keterlambatan pembangunan Palapa Ring Paket Timur disebabkan banyak hal, yaitu gangguan keamanan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB), kondisi geografis yang sulit, keterbatasan helikopter untuk membangun menara, adanya penolakan pembangunan dari warga, sulitnya mendapatkan lahan, cuaca mudah berubah sehingga menyebabkan bencana dan menyulitkan pekerjaan lapangan.

Pembangunan jaringan kabel bawah laut, yang pembangunannya dimulai April 2018 hingga November 2018, meliputi provinsi NTT, Maluku Barat Daya, Papua dan Papua Barat didukung dengan 4 unit kapal penggelar kabel. (PTT/BAKTI/KOMINFO)

“Kontruksi Palapa Ring Timur baru selesai dibangun, melengkapi Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Tengah,” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika melalui layanan pesan singkat kepada detikINET, Sabtu, 17 Agustus 2019.

Untuk pelaksanaan proyek pemerintah telah menunjuk tiga Badan Usaha Perlaksana yang bertanggung jawab di setiap daerahnya, yaitu PT. Palapa Ring Barat untuk Palapa Ring Paket Barat, PT LEN Telekomunikasi Indonesia untuk bagian tengah dan PT Palapa Timur Telematika untuk bagian timur.

Pembiayaan Proyek Palapa Ring diterapkan dengan skema Availability Payment. Artinyam pemerintah memulai pembayaran—penggantian modal yang ditanamkan investor ditambah dengan biaya operasional serta keuntungan setelah proyek beroperasi—berdasarkan tingkat ketersediaan layanan. Pembayaran dilakukan per bulan selama masa perjanjian, yaitu selama 15 tahun.

Total biaya modal yang dikeluarkan untuk Proyek Palapa Ring adalah sekitar Rp7 triliun. Sementara total jumlah Availability Payment yang harus dibayarkan oleh Pemerintah kepada Badan Usaha Pelaksana sekitar Rp21 triliun selama 15 tahun.

“Bersama jaringan yang dibangun operator,” ujar Rudiantara, “ini menandai merdekanya konektivitas jaringan tulang punggung broadband (internet kecepatan tinggi) yang menghubungkan semua kabupaten dan kota seluruh indonesia,” ujarnya.

Awak pembangunan konstruksi menara tertinggi di Taman Nasional Lorents, bersama TNI. (PTT/BAKTI/KOMINFO)