Untuk Pertama Kalinya, Air Terdeteksi di Eksoplanet Layak Huni Ini

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 12 September 2019 | 15:54 WIB
Planet K2-18b. (Youtube HubbleESA)

Nationalgeographic.co.id - Pada atmosfer eksoplanet yang berjarak 111 tahun cahaya ini, para astronom mengungkap penemuan yang sangat menakjubkan: air. 

Diketahui bahwa sekitar 50% atmosfer eksoplanet bernama K2-18b dipenuhi oleh uap air. Namun, tidak seperti eksoplanet raksasa lainnya yang memiliki air di atmosfernya, K2-18b termasuk ke dalam golongan Bumi super dan zona layak huni. Ia memiliki permukaan berbatu seperti Bumi, Mars, dan Venus. 

"Menemukan air selain di Bumi sangat menarik," kata Angelos Tsiaras, astronom dari University College London. 

Baca Juga: Teleskop Raksasa di Tiongkok Tangkap Sinyal Misterius dari Luar Angkasa

K2-18b pertama kali ditemukan pada 2015 dan merupakan sebuah planet ekstrasurya yang sulit dijelaskan. Kita tahu bahwa ia mengorbit bintang katai merah bernama K2-18 dengan cukup dekat–satu putarannya sekitar 33 hari. Ia tidak terlalu panas sehingga air tak menguap dari permukaan, juga tidak terlalu dingin sehingga tak membuatnya membeku. 

Diketahui bahwa tingkat iradiasi bintang di K2-18b mirip dengan di Bumi dan memiliki ukuran dua kali lipat dari planet kita. Pada 2017, sekelompok peneliti bahkan menetapkannya sebagai 'planet berbatu dengan atmosfer–seperti Bumi, tapi lebih besar'. Mereka juga mengatakan bahwa planet ini memiliki interior yang sebagian besar air, kemudian ditutupi oleh cangkang es tebal seperti Enceladus atau Europa.  

K2-18b pertama kali ditemukan oleh teleskop Kepler, yang mendeteksinya melalui metode transit. Ini terjadi ketika sistem bintang dalam posisi sejajar sehingga memungkinkan planet tersebut melewati kita dan bintangnya (transit)–menyebabkan peredupan cahaya bintang yang akhirnya terdektesi teleskop. 

Proses transit ini juga dapat membantu kita mempelajari atmosfer planet. Ketika cahaya bintang melewatinya, beberapa gelombang bisa diserap oleh gas tertentu dan menghasikan garis pada spektrum. Perbedaannya dapat terlihat saat Anda membandingkan profil spektral bintang dengan profil spektral transit. 

Meski begitu, memahaminya tidak mudah karena mendeteksi planet saja memerlukan instrumen yang sangat sensitif dalam mendeteksi cahaya bintang. 

Baca Juga: Studi Tunjukkan Otak Astronaut Alami Kerusakan Jangka Panjang Akibat Radiasi

Tsiaras dan timnya menggunakan instrumen WFC3 pada teleskop luar angkasa Hubble. Mereka mengambil gambar transit K2-18b di depan bintang, kemudian menggabungkannya untuk menghasilkan berat rata-rata sehingga mampu menciptakan profil spektral untuk planet ini. 

Mereka lalu mencari tahu apa yang ditunjukkan profil spektral menggunakan pemodelan. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 20-50% atmosfer K2-18b merupakan uap air. Sebagai perbandingan, di bumi ada sekitar 5% uap air. Bisa dikatakan, K2-18b merupakan tempat yang sangat lembap. 

"Analisis yang kami sajikan memberikan hasil pengamatan langsung pertama dari tanda-tanda molekul eksoplanet zona layak huni. Kami menghubungkan studi teoritis dengan pengamatan," kata para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Nature Astronomy

"Meskipun subjek mengenai planet layak huni di sekitar bintang ini menjadi bahan diskusi aktif, tapi menemukan kemajuan tentangnya membutuhkan proses pengamatan yang jauh lebih baik," pungkas mereka.