“Karena pola curah hujan dan kondisi lingkungan lainnya bergeser secara global akibat dari perubahan iklim, kajian kami menunjukkan interaksi air dengan tanah juga berubah di banyak bagian dunia, dan itu terjadi dengan cukup cepat,” kata Daniel Giménez, ilmuwan tanah dan profesor di Departemen Ilmu Lingkungan di Rutgers University-New Brunswick, dalam siaran pers kampus ini.
Air di tanah sangat penting untuk menyimpan karbon, dan perubahan tanah dapat mempengaruhi tingkat karbon dioksida di udara. Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca utama yang terkait dengan perubahan iklim.
Baca Juga: Jembatan Roboh, Foto-foto Pengungsi Banjir Bandang di Konawe Utara
Giménez ikut menulis sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan regional karena perubahan iklim dapat mengurangi infiltrasi air ke dalam tanah, menyebabkan lebih banyak limpasan air dan erosi, dan risiko banjir bandang yang lebih besar.
Berapa banyak air hujan akan menyusup atau mengalir di permukaan tanah menentukan berapa banyak air yang akan tersedia untuk tanaman atau akan menguap ke udara. Penelitian telah menunjukkan bahwa infiltrasi air ke tanah dapat berubah selama satu hingga dua dekade dengan meningkatnya curah hujan, dan perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan curah hujan di banyak wilayah di dunia. (Ahmad Arif/Kompas.id)