Nationalgeographic.co.id – Jika berbicara tentang adat istiadat di Indonesia tentu tidak akan pernah habis untuk dibahas. Salah satunya sigale-gale, boneka asal Samosir, Sumatera Utara yang dapat menari bahkan mengeluarkan air mata yang konon sangat mistis dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu. Tentu, dalam ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal.
Boneka sigale-gale biasanya digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian di daerah Samosir. Upacara ini dilakukan dengan iringan gondang sabangunan dan diikuti dengan tarian tor-tor yang dilakukan oleh anggota keluarga terutama anak laki dari keluarga dekat. Tarian ini dipercata untuk mengantarkan arwah mendiang keluarga. Konon, jika keluarga batak tidak memiliki anak laki-laki, maka boneka sigale-gale dianggap sebagai pengganti anak laki-lakinya.
Usut punya usut, kabarnya patung ini mempunyai nilai mistis, sebab sigale-gale dapat menangis dan menari sendiri tanpa iringan gondang sabangunan. Tak hanya itu, ada juga yang mengatakan jika siapa pun yang membuat sigale-gale akan meninggal usai patung selesai dibuat. Karena, pada masa lalu konon pembuatan sigale-gale sipembuat harus bisa menyatu jiwanya dengan boneka kayu buatanyya supaya boneka tersebut bisa bergerak layaknya manusia.
Baca juga: Ma'Nene Toraja, Ritual Mayat Ratusan Tahun Berganti Pakaian
Oleh karena itu, pembuatan boneka sigale-gale harus terpisah, misalnya ada yang mmebuat bagian tangan, kepala, badan, dan kaki. Dengan cara ini, maka tidak ada tumbal yang berjatuhan.
Selain memiliki cerita mistis, boneka sigale-gale juga memiliki cerita yang memilukan. Kesenian sigale-gale diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Kisah ini berawal dari suatu kerajaan yang sedang melakukan perebutan wilayah dengan cara perlawanan dan peperangan. Seorang Raja dari daerah Samosir mengutus anaknya bernama Manggale untuk terjun ke medan perang merebut wilayah kekuasannya. Tanpa disangka, Manggale tewas dalam pertempuran tersebut, sedangkan ia merupakan anak satu-satunya dari keturunan Raja tersebut.
Adanya kejadian tersebut, membuat Raja terpukul dan jatuh sakit. Pasalnya, Manggale merupakan satu-satunya pewaris keturunan dari Raja tersebut dan tewas dalam medan tempur. Semakin hari, kondisi Raja semakin kritis dan tidak ada harapan lagi untuk hidup. Akhirnya, para penasehat Raja berkumpul untuk membahas kesembuhan Raja agar dapat memimpin kerajaannya lagi. Alhasil, penasihat Raja memanggil Datu (dukun) untuk membuatkan patung kayu yang menyerupai wajah Manggale agar sang Raja bisa kembali pulih.
Setalah patung tersebut selesai dibuat, Datu melakukan upacar ritual untuk memanggil arwah Manggale agar masuk ke dalam patung tersebut. Lalu, patung yang menyerupai anaknya diberikan kepada Raja. Melihat patung tersebut, Raja pun spontan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Akhirnya Raja dapat memimpin kembali Kerajaan setelah melihat patung tesebut yang persis dengan wajah anaknya.