Gletser di Antartika Masih Mengeluarkan Radioaktif Sisa Tes Senjata Nuklir

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 22 Oktober 2019 | 16:15 WIB
Daratan Antartika. (Ted Scambos/NSIDC/CU Boulder)

Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada Journal of Geophysical Research: Atmospheres, lapisan es di Antartika masih mengeluarkan elemen radioaktif sebagai akibat dari percobaan senjata nuklir yang dilakukan AS, 70 tahun lalu. 

Chlorine-36 merupakan isotop radioaktif alami yang dapat terbentuk ketika gas argon bereaksi dengan sinar kosmik di atmosfer. Ia juga dapat terbentuk selama ledakan nuklir di lautan. Ketika neutron bereaksi dengan klorin di dasar laut, itu dapat menguap ke stratosfer, melakukan perjalanan keliling dunia, dan akhirnya mengendap di es dan salju Antartika secara permanen. 

Baca Juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Semua Es di Bumi Mencair dalam Semalam

Diketahui bahwa AS melakukan beberapa tes senjata nuklir di Samudra Pasifik pada 1950 dan 1960-an. Dalam waktu kurang dari 20 tahun, sekitar 19 seri uji operasional telah dilakukan, menghasilkan lebih dari 230 ledakan.

Untuk memahami bagaimana 'perilaku' chlorine-36 dari waktu ke waktu--khususnya pada wilayah dengan tingkat salju yang bervariasi--para peneliti mengambil sampel inti es dari lubang salju di Vostok, pusat penelitian Rusia di Antartika Timur yang menerima sedikit salju, antara tahun 1949 hingga 2007. 

Mereka kemudian membandingkannya dengan sampel yang diambil dari dari Talos Dome, sebuah wilayah dengan jarak 1.400 kilometer (870 mil) yang memiliki banyak salju, dalam kurun waktu 1910 hingga 1980. 

Wilayah Vostok dan Talos Dome di Antartika. (AGU)

Baca Juga: Pemanasan Global, Es Dunia Meleleh dengan Cepat dan Membahayakan Kehidupan

Hasilnya menunjukkan, es di Talos Dome mengalami penurunan dari waktu ke waktu dan memiliki empat kali lipat kadar chlorine-36 pada 1980.

Vostok, di sisi lain, menunjukkan level yang sangat tinggi. Lapisan salju paling atasnya memiliki chlorine-36 yang sepuluh kali lipat lebih tinggi dari batas normal. Artinya, salju di sana masih melepaskan isotop radioaktif akibat uji nuklir di lautan yang dilakukan bertahun-tahun lalu. Hasil ini juga semakin menegaskan bahwa chlorine-36 jauh lebih gesit dari yang diperkirakan–ia bergerak dari kedalaman lautan menuju permukaan. 

Ke depannya, para peneliti berencana mengebor inti es berusia 1,5 juta tahun guna memahami lebih baik bagaimana Vostok melepaskan chlorine-36, juga menambah informasi bagaimana zat tersebutmenumpuk di dalam kantong salju seiring waktu.