Studi: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Keguguran Yang Jarang Diketahui Orang

By Celine Veronica, Selasa, 22 Oktober 2019 | 17:30 WIB
Polusi udara di langit Jakarta sempat jadi yang terburuk sedunia (Kristianto Purnomo/Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id – Tingkat polusi udara yang tinggi tampaknya meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran yang “terlewatkan”, atau diam diam, keguguran, dimana janin meninggal selama trimester pertama, dimana tubuh tidak mengetahui kehilangan janin dan tidak ada gejala yang dirasakan seperti perdarahan terjadi.

Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Nature Sustainability, berasal dari sebuah penelitian besar yang baru dilakukan di Beijing, ibu kota Tiongkok yang dipenuhi kabut asap yang memiliki kualitas udara yang buruk.

Sebuah tim ilmuwan dari lima universitas di China menganalisis catatan dari 255.668 wanita yang hamil antara 2009 dan 2017, termasuk hampir 17.500 yang mengalami keguguran. Mereka kemudian membandingkan angka-angka ini dengan tingkat paparan ibu terhadap empat polutan udara utama, partikel halus (PM2.5), sulfur dioksida, ozon, dan karbon monoksida.

Setelah memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti usia dan pekerjaan, mereka menemukan bahwa peningkatan kadar keempat polutan udara dikaitkan dengan risiko lebih tinggi keguguran yang terlewatkan.

Baca juga: Studi: Polusi Udara Berpotensi Picu Depresi dan Gangguan Bipolar

Keguguran yang terjadi diam-diam, terjadi hingga 15 persen dari semua kehamilan, tetapi mereka sering terjadi di negara berkembang. Mereka terjadi ketika janin tidak terbentuk atau mati, tetapi plasenta dan jaringan embrionik masih berada di dalam rahim Anda.

Tidak jelas bagaimana pencemaran udara dapat meningkatkan risiko keguguran secara diam-diam, namun studi ini hanyalah satu dari sekian banyak yang menunjukkan bahwa terkena udara kota yang kotor selama kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi.

Misalnya, paparan polusi udara selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, berat badan lahir rendah, kelainan otak, dan bahkan risiko autisme yang lebih tinggi.

Berkat penelitiain ini, juga dipahami bahwa jelaga dan partikel dari mesin mobil dan pabrik bahan bakar fosil dapat ditemukan di sisi janin plasenta, yang berarti dapat berinteraksi dengan atau mengganggu perkembangan janin.

Hal-hal yang tidak menjadi lebih baik setelah Anda lahir. Polusi udara telah dikaitkan dengan sejumah besar kondisi pernapasan dan penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung, stroke, aritmia, gagal jantung, emfisema, dan kanker paru-paru.

Baca juga: Akibat Polusi Udara, Banyak Anak-anak Mengidap Penyakit Mental

Sebagai tambahan, sebuah penelitian Jerman dari awal tahun ini menemukan bahwa polusi udara bertanggung jawab atas 9 juta kematian prematur setiap tahun, hampir dua kali lipat dari jumlah yang diperkirakan oleh penelitian sebelumnya.

“Untuk menempatkan ini ke dalam perspektif, ini berarti bahwa polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian tambahan per tahun daripada merokok tembakau, yang diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia bertanggung jawab atas 7,2 juta kematian tambahan pada tahun 2015,” pungkas Thomas Munzel, penulis dari studi Jerman dan profesor di Pusat Medis Universitas Mainz dalam sebuah pernyatannya dilansir dari IFL Science.

“Merokok bisa dihindari tetapi polusi udara tidak.”