Nationalgeographic.co.id – Ribuan tahun yang lalu bumi dihuni oleh banyak hewan purba yang berukuran sangat besar. Kehidupan hewan purba yang sudah punah menyimpan berbagai macam cerita dibaliknya. Mammoth berbulu, salah satu mamalia besar di bumi hidup di jaman itu.
Mammoth sudah lama dikabarkan punah, namun cerita mengenai kepunahan hewan ini masih banyak yang perlu diteliti lebih lanjut lagi. Salah satu penelitian yang membahas mengenai kepunahan mammoth adalah gabungan tim ilmuwan internasional dari Universities of Helsinki and Tubingeh serta The Russian Academy of Sciences. Pada penelitian yang dilakukan oleh tim gabungan ini, mereka mencoba merekonstruksi skenario kepunahan mammoth.
Mammoth berbulu punah sekitar 4000 tahun yang lalu hal ini diungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tim gabungan tersebut. Analisis yang dilakukan didasarkan pada tentang gigi dan tulang dari fosil yang ditemukan. Menurut penelitian tersebut mammoth berbulu terakhir hidup di pulau Wrangler di Samudra Arktik.
Selama zaman es terakhir 100.000 hingga 15.000 tahun yang lalu merupakan awal kehidupan mammoth berbulu. Mammoth tersebar luas di belahan bumi utara Spanyol hingga Alaska. Kemudian akibat adanya perburuan di masa itu dan juga perubahan iklim yang drastis membuat mammoth punah secara perlahan. Pemanasan global yang terjadi 15.000 tahun yang lalu berdampak pada menysutnya habitat mereka di Siberia Utara dan Alaska. Sedangkan mammoth yang berada di Pulau Wrangler terputus dari daratan karena mengalami kenaikan pada permukaan laut sehingga menyebabkan populasi ini terisolasi.
Baca Juga : Menganalisa Penyebab Ratusan Pendaki Tewas Di Death Zone Everest
Dalam hasil penelitian yang dituliskan di dalam Quaternary Science Reviews, tim meneliti beberapa kandungan dalam tulang dan gigi yaitu isotope karbon, nitrogen, belerang dan strontium. Aadanya penelitian ini ingin membuktikan mengenai perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap pola makan serta habitat mammoth itu sendiri.
Peneliti menggunakan sampel mammoth berbulu dari dataran Rusia dan Ukraina, serta Pulau St Paul, dan hasil yang didapat adalah terdapat perubahan isotope yang drastis hal ini menunjukkan adanya perubahan pola makan dan lingkungan mammoth tersebut. Sebaliknya peneliti juga mengambil sampel yang berasal dari populasi Pulau Wrangler. Hasil yang ditunjukkan adalah tidak adanya perubahan yang memengaruhi kehidupan mammoth. Isotop karbon di mammoth Wrangler berbeda dengan isotop yang berasal dari nenek moyang zaman es di Siberia. Analisis DNA sebelumnya menunjukkan bahwa mammoth Wrangler memiliki mutasi yang memengaruhi metabolisme lemak mereka.
Adanya hal ini membuat para peneliti percaya bahwa penggabungan habitat yang terisolasi, peristiwa cuaca ekstrem, dan penyebaran manusia prasejarah memiliki perannya masing-masing dalam kepunahan mammoth. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya indikasi penurunan kualitas air yang ada di pulau tersebut. Populasi mammoth yang terisolasi ini akhirnya menjadi rentan. Tak haya itu peran perburuan yang dilakukan manusia juga menjadi hal yang tidak bisa untuk dihindari.