Berbeda-beda Pada Setiap Orang, Apakah Sidik Jari Bisa Berubah?

By National Geographic Indonesia, Kamis, 14 November 2019 | 16:45 WIB
Sidik jari. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Sidik jari terdiri dari lengkungan, garis, dan gelombang yang membentuk sebuah pola.

Jika Anda memperhatikan kulit jari tangan, akan ada lengkungan yang membentuk pola. Anda dapat melihat polanya dengan jelas, ketika jari dicelupkan sedikit ke dalam cat dan ditempelkan ke atas kertas. Pola yang muncul pada jari inilah yang Anda kenal sebagai sidik jari.

Sidik jari ini mulai terbentuk di dalam kandungan, yakni selama trimester pertama. Menurut studi pada jurnal Science, sidik jari berfungsi untuk meningkatkan kemampuan indera perasa. Ini dibuktikan dengan meningkatnya rangsangan sel-sel pacini yang merupakan ujung saraf di kulit yang mendeteksi tekstur.

Baca Juga: Sebabkan Stres dan Terus Berubah, Fakta-fakta Kerangka Manusia

Selain itu, sidik jari juga dijadikan sebagai penanda identitas seseorang. Fungsinya ini dapat membantu penegak hukum mengetahui data pribadi seseorang yang sebenarnya, sekalipun ia mengubah penampilan. Bahkan, sidik jari juga bisa digunakan sebagai “kunci” untuk mengakses sesuatu, seperti ponsel dan teknologi lainnya.

Lantas, apakah sidik jari bisa berubah?

Sidik jari dapat mengidentifikasi seseorang secara sempurna, karena polanya berbeda-beda pada setiap orang. Selain itu, pola sidik jari juga tidak mengalami perubahan meski orang tersebut terus menua seiring waktu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang akan terus memiliki pola sidik jari yang sama seumur hidupnya.

Meski polanya permanen, kulit pada jari dapat mengalami kerusakan. Ini bisa terjadi karena berbagai hal yang memengaruhi lapisan kulit terluar (epidermis), seperti:

Semua faktor tersebut akan membuat sidik jari berubah, namun hanya berlangsung sementara. Jika luka diobati dan aktivitas yang merusak lapisan kulit dihindari, kulit akan kembali pulih dan sidik jari akan kembali ke pola yang sama.

Jika luka cukup parah, mungkin akan terbentuk goresan baru di kulit jari. Goresan tersebut memang akan memengaruhi sidik jari. Namun, keunikan sidik jari sebelumnya tetap ada sehingga masih dapat dikenali.

Sidik jari tidak berubah, tapi dapat hilang

Sidik jari seseorang memang tidak akan mengalami perubahan permanen, namun dapat hilang, dilansir dari laman Scientific American. Kasus ini dialami oleh seorang pria berusia 62 tahun asal Singapura.

Setelah diselidiki, hilangnya sidik jari pada pria tersebut disebabkan oleh pengobatan kanker yang ia jalani. Pria tersebut menggunakan obat capecitabine untuk menyembuhkan kanker yang diderita.

Baca Juga: Misteri Mati Suri, Ini Penjelasannya Dilihat dari Sains

Obat capecitabine dan beberapa obat kanker lainnya diketahui dapat memicu terjadinya sindrom erythrodysesthesia palmoplantar atau sindrom kaki-tangan. Sindrom ini dapat menimbulkan pembengkakan, penebalan kulit, ruam, kesemutan, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki.

Pada kasus parah, lenting dapat muncul dan kulit akan mengelupas. Gejala parah inilah yang bisa merusak tampilan kulit sehingga sidik jari menghilang atau sulit terdeteksi.