Pesta Toko Kelontong di Semarang

By National Geographic Indonesia, Rabu, 27 November 2019 | 10:00 WIB
Suasana malam di Kota Lama Semarang. (Zulkifli)

Nationalgeographic.co.id - Berbagai atraksi olahraga dihelat di Semarangsche Stadion pada 29 April 1934. Dari pertandingan sepak bola, senam, hingga balap sepeda. “Diselenggarakan juga balap motor yang melibatkan pembalap dari Batavia dan Semarang,” catat surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad. Bukan tanpa sebab stadion di Karangkidul itu meriah oleh bermacam tontonan olahraga. Hari itu, Semarangsche Stadion resmi dibuka.

“Semarangsche Stadion adalah kompleks olahraga modern pertama di Hindia Belanda,” sebut Local Techniek Journal dalam sebuah laporannya. Di stadion ini, selain lapangan sepak bola, juga dibangun trek atletik dan lintasan balap sepeda. “Sepengetahuan saya, di sini dibangun velodrome pertama di Indonesia,” kata Yogi Fajri, seorang pemerhati sejarah, kepada saya. Namun, Semarangsche Stadion sekarang telah jauh berubah. Kompleks olahraga ini tak terawat. Rumput lapangan sepak bolany tak hijau, lantai lintasan balap sepedanya pun koyak di sana sini. Tidak hanya kondisi bangunannya saja yang berubah. Nama kompleks ini pun telah diganti menjadi Stadion Diponegoro.

Pagi sekali, ruas jalan di depan Stadion Diponegoro telah memerah. Padahal, tak ada pertandingan sepak bola yang digelar hari ini. Adalah sebuah pesta rakyat yang menjadi sebab ribuan orang berkumpul di stadion ini. Dalam rangka menunjukkan apresiasi SRC kepada masyarakat serta para pemilik toko yang menjadi penggerak utama usaha toko kelontong di berbagai daerah, SRC mengadakan Festival SRC Indonesia. Festival ini merupakan sebuah acara yang ditujukan sebagai selebrasi akbar merayakan kiprah SRC di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah. Dalam acara ini disertai peluncuran Gerakan Berkah (Berbelanja Dekat Rumah) oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Kepala Dinas UMKM dan Koperasi Jawa Tengah Dra. Ema Rahmawati dan Anthony Widjaya Limantara, selaku Commercial Strategy SRC Central Java Zone.

Selain itu festival ini juga bertujuan mengajak masyarakat Jawa Tengah mendukung UKM dengan cara berbelanja di toko kelontong. “Festival SRC Indonesia ini diadakan untuk mengapresiasi toko-toko kelontong terbaik di Jawa Tengah sepanjang tahun 2019,” kata Anthony Widjaja Limantara menerangkan. Sampoerna Retail Community (SRC) mulai meluaskan jaringan di Jawa Tengah sejak tahun 2010 lalu. “Waktu itu 100 toko kelontong bergabung dengan SRC,” tambahnya.

Beberapa pemilik toko kelontong yang hadir pada Festival SRC Indonesia di Semarang. (Zulkifli)

Di Jawa Tengah sendiri SRC mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah setempat. “Kami melihat program-program yang dilakukan SRC disini telah memajukan toko-toko kelontong dan usaha kecil lainnya. Karena itu kami sangat mendukungnya,” kata Dra. Ema Rahmawati, M. Hum, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah. Dari data yang disampaikan oleh Ema Rahmawati, tercatat 4,1 juta UKM tersebar di Jawa Tengah. “Lebih 90%-nya adalah usaha mikro kecil di sektor pengolahan yang memproduksi makanan,” lanjutnya.

Di dalam Stadion Diponegoro, dua puluh gerai kecil didirikan untuk produsen produk-produk lokal. Gerai-gerai itu, dan area Pojok Lokal SRC, ramai oleh jual beli. Sejak awal, SRC memang ditujukan untuk pemberdayaan toko-toko kelontong dari Sabang sampai Merauke. Upaya yang dilakukan oleh SRC, untuk turut serta berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan di Indonesia yang lebih baik nantinya. “Saat ini, SRC telah membina lebih dari puluhan ribu toko kelontong di Jawa Tengah,” kata Anthony di tengah keriuhan Festival SRC Indonesia ini.

Di Jawa Tengah sendiri jumlah Usaha Kecil Menengahnya mencapai 4,1 juta. “98 persennya mikro kecil yang bergerak di sektor pengolahan makanan,” kata Ema Rahmawati. Usaha-usaha kecil itu bertahun-tahun telah turut menopang pertumbuhan ekonomi provinsi ini. “Sokongan ukm-ukm untuk PDRB Jawa Tengah tiap tahun meningkat. Ini tanda perekonomian tumbuh sehat di sini,” lanjut Ema.

Kemeriahan Festival SRC Indonesia di Semarang. (Zulkifli)

Matahari amat terik di Stadion Diponegoro. Tapi, ribuan pemilik toko kelontong masih bertahan di sini. Di dalam stadion ini mereka saling berkomunikasi, bertransaksi, dan bergembira bersama-sama. Festival SRC Indonesia, seperti kata Anthony, adalah tempat toko-toko kelontong yang menjadi mitra SRC untuk memperkuat eksistensi mereka. Selain gerai-gerai kecil di dalam stadion, Festival SRC Indonesia ini juga diisi oleh kegiatan pertunjukkan musik dan jalan santai. Di panggung festival, menyampaikan bahwa jalan santai yang dilakukan ini telah dicatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai jalan santai dengan pendaftarannya menggunakan botol bekas plastik terbanyak yang pernah ada.

Pada masa sekarang, banyak toko-toko kelontong yang telah digilas oleh modernitas. Semakin tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan modern salah satu penyebabnya. Melihat perubahan itu, SRC tak tinggal diam. Sejak diinisiasi sebelas tahun silam, SRC telah rutin memberikan program pelatihan kepada toko-toko kelontong yang telah tergabung. Program itu berisi tip dan trik bagaimana toko kelontong bisa bertahan hidup di zaman modern ini. Dan saat ini, lebih 120.000 toko kelontong tradisional di Indonesia berhasil diubah oleh SRC menjadi toko kelontong masa kini dan dekat dengan masyarakat.

“Harapannya jumlah toko-toko kelontong dengan konsep masa kini ini bisa bertambah tiap tahunnya,” ujar Anthony. Sebuah harapan yang tentunya patut didukung bersama-sama.

Salah satu UKM binaan Kanwil Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang turut memeriahkan Festival SRC di Stadion Diponegoro, Semarang. (Zulkifli)