Nationalgeographic.co.id – Masyarakat Babilonia kuno disebut-sebut sebagai yang pertama kali membuat resolusi tahun baru, pada 4000 tahun lalu.
Mereka juga yang pertama kali melakukan perayaan tahun baru—meski bagi peradaban tersebut awal tahun tidak dimulai pada Januari, tapi pertengahan Maret ketika panen dikumpulkan.
Baca Juga: Sejarah Kembang Api yang Kerap Menjadi Simbol Perayaan di Dunia
Saat perayaan Akitu yang berlangsung selama 12 hari, masyarakat Babilonia menegaskan kembali kesetiaan mereka pada raja yang sedang berkuasa. Warga juga berjanji kepada Dewa untuk membayar hutang dan mengembalikan barang-barang yang sudah mereka pinjam.
Janji tesebut lah yang dikenal sebagai resolusi di masa sekarang. Jika penduduk Babilonia bisa menjaga omongan mereka, Dewa akan melimpahi mereka dengan kemakmuran di tahun yang akan datang. Jika tidak, maka kenikmatan akan diambil dari mereka.
Praktik yang sama juga dilakukan pada zaman Romawi Kuno, setelah Julius Caesar mengutak-atik kalender dan menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun, pada 46 SM.
Diambil dari nama Janus, dewa bermuka dua yang rohnya mendiami jalan, gerbang, dan pintu Romawi, bulan Januari memiliki arti khusus bagi bangsa Romawi.
Orang-orang Romawi percaya bahwa Janus secara simbolis dapat melihat ke tahun sebelumnya dan masa depan. Mereka pun kerap mempersembahkan korban kepada dewa tersebut dan berjanji akan bersikap baik di tahun yang akan datang.
Baca Juga: Bayar 'Hutang' Tidur Selama Liburan, Ini yang Bisa Anda Lakukan
Bagi penganut Kristen awal, hari pertama di tahun baru dianggap sebagai waktu terbaik untuk memikirkan kesalahan masa lalu dan berusaha menjadi lebih baik di masa depan.
Terlepas dari tradisi dan agama, resolusi tahun baru saat ini sebagian besar merupakan praktik sekuler. Dibanding membuat janji kepada Dewa atau Tuhan, banyak orang membuat resolusi untuk diri sendiri dan benar-benar fokus untuk perbaikan diri.