Kisah Alfred Rambaldo, Orang Belanda Pertama yang Terbang dengan Balon Udara di Batavia

By National Geographic Indonesia, Senin, 9 Maret 2020 | 10:53 WIB
Alfred Emile Rambaldo. (Istimewa)

Nationalgeographic.co.id - Pria bernama lengkap Alfred Emile Rambaldo merupakan orang Belanda pertama yang terbang menggunakan wahana lighter than air di Hindia Belanda. Pada 26 Februari 1910, ia berhasil terbang dengan menggunakan balon udara panas di Batavia.

Sebelumnya, di Hindia Belanda telah ada percobaan menerbangkan balon tahun 1890 di Batavia dan Aceh oleh KNIL. Namun, balon ini berbeda dengan milik Rambaldo karena merupakan balon hidrogen yang diikat ke tanah sebagai alat observasi penembakan artileri dan bukan sebagai sebuah alat transportasi.

Baca Juga: Temple Grandin, Ilmuwan Perempuan yang Ciptakan Alat Terapi Autis

Pria kelahiran Rembang, Pasuruan, pada tahun 1879 itu telah berhasil membentuk klub balon udara panas di Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Vereeniging voor Luchtvaart beranggotakan 600 orang pada 1909.

Sebelumnya, ia berhasil pula membentuk klub balon udara di Belanda. Sebagai seorang letnan dua angkatan laut, Rambaldo juga menggunakan balon miliknya untuk riset meteorologi dan atmosfer.

Bulan Juli 1911, Rambaldo harusnya berangkat pulang ke Belanda. Namun, sayangnya dia tidak mendapatkan tiket karena kapal telah penuh. Untuk mengisi waktu menunggu keberangkatan kapal sebulan berikutnya, pada tanggal 5 Agustus 1910, Rambaldo beserta seorang asisten kembali melakukan penerbangan balon udara panas dari Surabaya menuju Semarang.

Baca Juga: Mata-mata Cilik di Balik Gemilang Serangan Umum 1 Maret 1949

Selain mudah diombang-ambingkan oleh angin, balon udaranya juga miliki kekurangan lain. Yakni, peka terhadap kondisi temperatur cuaca. Benar saja, saat terbang, mereka mengalami cuaca dingin.

Balon turun tiba-tiba dan terseok di pucuk pepohonan hutan jati di daerah Blora, Jawa Tengah. Rambaldo terpental keluar. Karena muatan jadi lebih ringan, balon membawa asisten naik kembali dan terus terbang.

Besoknya dilakukan pencarian dan menemukan Rambaldo telah tewas dengan retak di kepala. Sepeninggal tragedi Rambaldo, klub balon udara mengalami mati suri dan bubar lima tahun kemudian.