Sejumlah Negara Kurangi Transaksi Tunai untuk Tekan Penyebaran Corona

By Daniel Kurniawan, Senin, 9 Maret 2020 | 18:41 WIB
Kartu kredit dan kartu ATM. (Bayu Dwi Mardana)

Nationalgeographic.co.id - Merebaknya coronavirus di hampir semua benua, memaksa institusi-institusi di seluruh dunia untuk berpikir ulang soal benda yang paling banyak disentuh konsumen setiap hari, yaitu uang tunai.

Dilansir dari Reuters, pada Jumat (6/3) lalu, bank sentral Korea Selatan diketahui telah menarik semua uang kertas dari peredaran selama dua minggu serta membakar sebagiannya. Ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus corona yang tengah mewabah. Tindakan tersebut diprakarsai oleh Tiongkok yang sebelumnya telah membersihkan uang tunai dengan sinar ultraviolet dan suhu tinggi--dan dalam beberapa kasus, menghancurkannya.

Baca Juga: Virus Corona Ubah Kebiasaan Bertegur Sapa di Beberapa Negara Ini

Sementara itu, menurut Associated Press, Museum Louvre di Paris, mulai minggu ini melarang transaksi penggunaan uang tunai. Kebijakan menerima pembayaran hanya dengan kartu kredit menjadi salah satu upaya membuat stafnya merasa lebih nyaman untuk kembali bekerja.

Kekhawatiran atas penggunaan uang tunai, hadir ketika jumlah kasus global coronavirus mencapai 100.000. Wabah ini mendorong adopsi pembayaran elektronik dan tanpa kontak, meliputi Apple Pay, Samsung Pay dan Google Pay, di mana konsumen hanya menggunakan smartphone atau smartwatch untuk transaksi pembelian di toko. Konsumen juga dapat menggunakan kartu kredit dengan chip NFC, yang memungkinkan pembeli cukup mendekatkan ke reader untuk membayar.

"Masuk akal mengapa mereka ingin menggunakan telepon atau kartu berteknologi nirsentuh, terutama di mana tidak ada tanda tangan yang diperlukan dan Anda tidak harus menyentuh mesinnya," kata Aaron Press dari perusahaan riset IDC kepada CNN.

Studi pada 2017 di New York City menemukan fakta bahwa beberapa mikroorganisme yang hidup di permukaan uang tunai dapat menyebabkan penyakit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mencuci tangan setelah memegang uang, terutama sebelum makan. Begitu juga setelah menyentuh kartu kredit. Pasalnya, mikroorganisme dapat berpindah ke kartu kredit dengan cara yang sama karena mesin terminal penjualan juga digunakan oleh banyak orang.

Tiongkok sendiri sudah menjadi masyarakat tanpa uang tunai sebelum ada wabah COVID-19. Menurut eMarketer, hampir 50% populasi China menggunakan pembayaran mobile untuk melakukan pembelian pada kuartal kedua tahun 2019. Platform pembayaran kode QR, termasuk WeChat dan AliPay, juga telah terbukti berhasil menyediakan solusi pembayaran mobile dan tanpa kontak. Hal ini juga sedang diperluas ke pasar lain, termasuk moda transportasi massal, kata Phil Sealy, direktur riset keamanan digital ABI Research.

Salah seorang pejabat di People's Bank of China bulan lalu sempat mengatakan bahwa Tiongkok akan menggandakan pembayaran mobile untuk menghindari kontak manusia yang tidak perlu. 

Baca Juga: Jumlah Pasien Corona di Indonesia Melonjak, Total 19 Orang

Meskipun beberapa pembeli dapat menemukan kenyamanan lebih dalam mengadopsi solusi tanpa kontak dan mobile, Matewele dari London Metropolitan University mengatakan pembeli harus rajin menjaga kebersihan ponsel.

"Sulit untuk mengetahui beban bakteri di tangan ketika memegang (uang dan kartu) kita. Saya rasa, ketika orang-orang pindah ke transaksi elektronik, risikonya berkurang. Tetapi kita masih menggunakan smartphone (untuk pembayaran seluler) setelah menyentuh sejumlah barang, "kata Matewele.

Selain mencuci tangan setelah menyentuh uang, bentuk perlindungan lain termasuk menggunakan antibakteri atau tisu bayi untuk membersihkan ponsel dan kartu kredit, termasuk membawa pena Anda sendiri untuk menandatangani tanda terima.