Menikmati Keindahan Alam Pariwisata Mangrove Teluk Semanting

By Fikri Muhammad, Sabtu, 14 Maret 2020 | 11:13 WIB
Tracking Mangrove Semanting ()

Nationalgeographic.co.id - Masyarakat yang tinggal dekat dengan hutan mangrove biasanya memanfaatkan kayu mangrove yang sudah kering dan membusuk untuk kayu bakar. Tak terkecuali warga Kampung Semanting, Kalimantan Timur sebelum tahun 2017 lalu.

Kayu dari mangrove juga digunakan untuk berbagai kerajinan tangan seperti pandan tikar dan tas, maka pemotongan pohon mangrove pun banyak dilakukan.

Seiring berjalanya waktu masyarakat Kampung Semanting sudah tidak lagi menggunakan kayu bakar dan pindah ke energi gas untuk memenuhi kebutuhan dapur. Pada saat itu juga mereka menyadari pentingnya menjaga mangrove dengan mengurangi pemotongan pohon-pohon tersebut.

Baca Juga: Nelayan Trawl Sebabkan Tangkapan di Teluk Semanting Berkurang

Sejak kedatangan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat pada 2017, kesadaran menjaga mengrove meningkat jadi pengembangan pariwista. Jalur tracking dari kayu pun dibuat di dalam kawasan hutan mangrove.

Jalur tracking ini menelusuri hutan mangrove yang terdiri dari beragam jenis dan aneka satwa. Trek ini dibangun secara gotong royong oleh masyarakat dengan bantuan pemerintah dan LSM.  Kini, panjang trek mangrove Teluk Semanting sudah mencapai 750 meter.

Selain itu, akan dibangun bird watching tower guna menjadi fasilitas bagi pengunjung untuk menikmati pemandangan alam serta memantau segala fauna yang ada disana.

Untuk jenis fauna yang tinggal di Kawasan Mangrove Semanting diantaranya seperti monyet bekantan, bangau tongtong, elang bondol, kepiting warna-warni, pampakul, monyet ekor hitam, dan lainya.

Kepiting Warna Warni Semanting ()

Baca Juga: Hujan Asteroid Musnahkan Peradaban Manusia Kuno 12.800 Tahun Yang Lalu

Menurut data dari Pemerintah Kampung Teluk Semanting, kawasan mangrove juga memiliki manfaat tidak langsung dengan total keuntungan yang didapat mencapai Rp7.474.314.190/tahun.

Manfaat itu diantaranya ialah breakwater dengan keuntungan sampai Rp 6.650.000.000/tahun, serapan karbon Rp18.135.000/tahun, penyedia pakan Rp437.639.720/tahun, pengendali banjir Rp176.417.280/tahun, konservasi tanah dan air Rp137.717.190/tahun.

Hutan mangrove yang sudah dijadikan wisata alam kini juga menghasilkan kopi yang berasal dari pohon mangrove.