Kisah Paket yang Tak Sampai: Tenggelamnya Gerbang Kota Batavia

By National Geographic Indonesia, Selasa, 14 April 2020 | 13:17 WIB
Gerbang Kota Batavia yang tak pernah sampai ke Kota Batavia, dan repihan kapal VOC bernama Batavia. Dia adalah kapal Belanda pertama yang hilang di lepas pantai barat Australia. Ruang pamer dalam Batavia Gallery di Western Australian Museum. (Western Austrlian Museum )

Bila Anda tengah berada di Perth, ibu kota Western Australia, silakan luangkan waktu ke Fremantle dan berkunjung ke Maritime Museum - Shipwreck Galleries. Di sana dapat dijumpai sebagian lambung kapal dagang Hindia Belanda (VOC) bernama Batavia serta replika gerbang Kota (Oud Batavia) atau dikenal sebagai Batavia Portico.

Gerbang nan malang ini mengalami nasib mengenaskan, terbenam bersama kapal Batavia sekitar 343 tahun sampai akhirnya diselamatkan lewat sebuah projek pengangkatan artefak bersama sebagian harta karun kapal, seperti bagian lambung kapal, meriam, pistol, koin, peralatan makan serta kain-kain berenda—dibuat dengan pola khusus sebagai penanda hanya dimiliki oleh kapal Batavia.

Pelayaran perdana kapal dagang Hindia Belanda bertajuk Batavia dimulai 27 Oktober dari Texel, Negeri Belanda dan dikomandoi Kapten Francisco Pelsaert. Tidak dinyana, di awal keberangkatan  telah muncul berbagai ambisi pribadi yang mendorong terjadinya pemberontakan.   

Baca Juga: Empat Abad Batavia, Awal Rupa Bandar Terpenting di Asia Tenggara

Bagian lambung kapal dagang Hindia Belanda, Batavia yang selamat dari gugusan karang di Kepulauan Houtman Abrolhos, Western Australia. (Rr. Ukirsari Manggalani)

Setelah melayari perairan Cape Town, Afrika Selatan, pada 4 Juni 1629 Batavia mengalami nahas di Morning Reef, gugusan karang yang berlokasi di Pulau Beacon, salah satu satu pulau di dalam gugusan Wallabi Group, Kepulauan Houtman Abrolhos di Australia Barat. Hampir separuh penumpang tenggelam, sisanya menyelamatkan diri dengan perahu ke pulau terdekat. Sementara Kapten Pelsaert meminta bantuan dengan berlayar ke Batavia atau kini Jakarta.

Sayangnya, setelah berhasil mencapai Jakarta dan kembali sekitar dua bulan kemudian, Kapten Pelsaert menjumpai jumlah korban selamat jauh menyusut akibat pembunuhan yang dilakukan pemberontak. Dari penumpang sebanyak 341 orang, ia berhasil membawa pulang ke Jakarta sebanyak 68 saja.  

Baca Juga: Kesaksian Perwira VOC Ketika Prahara 1740 di Tangerang

Kisah karamnya kapal Batavia tumbuh subur di kalangan warga setempat, termasuk dituangkan dalam kisah fiksi dan non-fiksi.  Akhirnya pada 4 Juni 1963, Max dan Graham Cramer menyelam ke situs bangkai Batavia untuk pertama kali. Selanjutnya, kurun 1970 – 1974 adalah tahun-tahun sibuk para peneliti dan penyelam dalam mengumpulkan artefak Batavia dari dasar laut.

Pada 1972, pemerintah Negeri Belanda memberikan hak atas kapal-kapal karamnya yang berada di perairan Australia kepada negara ini. Hasil penyelamatan benda-benda harta karun itu kini dapat kita jumpai di Shipwreck Galleries yang berlokasi di Fremantle serta Geraldton.

Shipwreck Galleries di Fremantle berisi lambung asli kapal Batavia serta replika Batavia Portico, sedang di Geraldton bersemayam Batavia Portico asli. Silakan mengagumi artefak bersejarah yang sedianya berdiri megah di Jakarta.

—Penulis: Rr. Ukirsari Manggalani