Studi: Kutub Utara Mungkin Akan Mengalami Musim Panas Tanpa Es Sebelum 2050

By Aditya Driantama H, Rabu, 22 April 2020 | 14:48 WIB
Kutub utara (Zika Zakiya)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah studi terbaru dalam jurnal Geophysical Research Letters memperkirakan pengurangan skala besar es laut Kutub Utara selama tiga dekade ke depan. Dengan kata lain, Kutub Utara mungkin akan mengalami musim panas tanpa es sebelum 2050.

Yang sangat meresahkan adalah bahwa ini kemungkinan muncul untuk semua model iklim, termasuk yang merupakan faktor dalam pengurangan cepat emisi karbon dioksida.

Studi ini memperhitungkan data akun dari Shared Socioeconomic Pathways (SSPs) dan Coupling Model Intercomparison Project (CMIP), yang memprediksi bagaimana iklim Bumi akan berubah tergantung pada kebijakan iklim apa yang diadopsi dan bagaimana emisi gas rumah kaca dikelola.

 Baca Juga: Terancam, Megafauna Laut Benar-benar Bisa Punah Pada Seabad Mendatang

Diperkirakan bahwa dunia memiliki sisa ‘anggaran’ karbon sekitar 1.000 gigaton karbon dioksida, yang berarti bahwa ini adalah batas absolut untuk emisi masa depan kita jika kita ingin mencegah kenaikan suhu global sebesar 2°C dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Namun, setelah menganalisis lebih dari 40 model iklim yang berbeda, peneliti menemukan bahwa Arktika sewaktu-waktu akan bebas dari es di musim panas, bahkan jika kita tetap pada anggaran tersebut.

Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan lewat EurekAlert, Dirk Notz, ketua dari penelitian, mengatakan bahwa jika kita mengurangi emisi global dengan cepat dan secara substansial, dan dengan demikian menjaga pemanasan global di bawah 2°C relatif terhadap tingkat pra-industri, es laut Kutub Utara kemungkinan akan hilang sesekali di musim panas bahkan sebelum 2050. “Ini benar-benar  mengejutkan kami," tambah Dirk.

Dari 128 simulasi yang melibatkan emisi karbon dioksida kumulatif di masa depan yang kurang dari 1.000 gigaton, 101 menampilkan tingkat es laut Kutub Utara musim panas turun hingga dibawah 1 juta kilometer persegi sebelum 2050.

Penting untuk dicatat, bahwa penghilangan tahunan ini terjadi jauh lebih sering pada model-model yang didasarkan pada emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berarti bahwa kita dapat menjaga musim panas yang bebas dari es ini seminimal mungkin dengan mengurangi output dari gas rumah kaca.

Baca Juga: Fosil Kumbang dengan Kristal Fotonik Ungkap Evolusi Struktur Warna

Es laut memainkan peran penting dalam mendukung ekosistem Kutub Utara dan dalam mengatur siklus cuaca planet, dan proses lainnya dengan menyediakan tempat berburu bagi hewan seperti beruang kutub, sambil menjaga agar bumi bagian utara yang ekstrim tetap dingin.

Ini meningkatkan volume setiap musim dingin dan menurun di musim panas, meskipun percepatan pencairan musim panas telah diamati dalam beberapa tahun terakhir. Sementara penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena tersebut tak terhindarkan, yakni hilangnya sementara es laut Kutub Utara, studi ini juga menyadarkan pentingnya mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dioksida untuk memastikan bahwa pencairan total di musim panas menjadi sekali saja, daripada tahunan.