Nationalgeographic.co.id - Para peneliti dari University of Otago menemukan peninggalan sejarah peradaban masa Neolitik di dataran tinggi Papua Nugini yang berusia 5.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.
Temuan tersebut menunjukan adanya peradaban maju pada zaman tersebut 1.000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Profesor Glenn Summerhayes, salah satu peneliti, mengatakan bahwa temuan ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana dataran tinggi pertama kali ditempati, rute perdagangan, lingkungan, dan perubahan iklim sepanjang waktu.
Baca Juga: Konferensi Daring dan Video Call Menggunakan Aplikasi Zoom, Amankah?
Laporan tersebut menganalisis ukuran batu figuratif yang menjadi alat penumbuk paling awal yang berasal dari 5.050 hingga 4.200 tahun yang lalu. Batu tersebut ditemukan di situs penggalian Waim.
Para peneliti juga menemukan kapak planiteral, dan bukti-bukti awal lainnya yaitu kerajinan anyaman yang dikirim antar pulau-pulau tetangga yang berjarak hampir 800 km.
"Bukti baru dari Waim mengisi celah kritis dalam pemahaman kita tentang perubahan sosial dan inovasi teknologi yang telah berkontribusi pada pengembangan keanekaragaman budaya di Papua Nugini," kata Profesor Summerhayes.
Kombinasi sistem sosial, teknologi, dan perilaku pertanian di dataran tinggi ini mendukung adanya peradaban Neolitik yang mandiri, lebih dari 1.000 tahun sebelum kedatangan bangsa Neolitik kebudayaan Lapita dari Asia Tenggara yang menguasai Pasifik.
Pada bagian kesimpulan, para peneliti mengungkapkan bahwa tekanan populasi pada distribusi sumber daya alam yang tidak merata, memungkinkan mendorong proses penciptaan perkakas-perkakas ini pada masanya.
Baca Juga: Hiu Karang Aldabra
Summerhayes bersama kelompok penelitiannya sebelum ini telah melakukan proyek penemuan mengenai peradaban di Papua Nugini pada 50.000 tahun yang lalu.
"Proyek ini merupakan tindak lanjut di mana kami ingin membangun kronologi kehadiran manusia di Lembah Simbai/Kaironk di Papua Nugini melalui survei arkeologi sistematis dengan penggalian selanjutnya dan analisis sejumlah situs terpilih,” terangnya dilansir dari Eurekalert.org.
"Temuan ini melacak pola jangka panjang dari sejarah pemukiman, penggunaan sumber daya dan perdagangan, dan membangun konteks lingkungan untuk perkembangan ini dengan menyusun sejarah vegetasi, dengan perhatian khusus diberikan pada sejarah pembuatan api, indikator gangguan lanskap, dan penanda variabilitas iklim. Ini akan menambah pemahaman tentang dampak masyarakat terhadap lingkungan,” jelasnya.