Empat Spesies Baru Dari Kelelawar Berhidung Daun Afrika Ditemukan

By Aditya Driantama H, Jumat, 24 April 2020 | 14:21 WIB
Salah satu dari keempat spesies baru kelelawar berhidung daun. Ditemukan bersarang di pertambangan emas tua di Kenya Barat. ()

Nationalgeographic.co.id - Di tengah wabah COVID-19, setidaknya ada empat spesies baru kelelawar Afrika telah ditemukan. Kelelawar ini, yang belum dideskripsikan dengan baik, diketahui sebagai sepupu kelelawar tapal kuda, spesies yang diyakini sebagai asal usul SARS-CoV-2.

Penelitian yang jurnalnya dipublikasikan lewat ZooKeys, sedang menyelidiki kelelawar berhidung daun Afrika yang namanya diambil dari lipatan kulit di sekitar lubang hidung mereka, yang berfungsi sebagai radar saat berburu. Mereka dapat menggerakannya untuk memperbaiki arah panggilan mereka dan menangkap serangga dengan lebih mudah. Kelelawar-kelelawar ini diketahui tinggal di seluruh Afrika, Asia, dan Australasia, tetapi kelelawar Afrika adalah yang paling tidak diteliti karena adanya konflik politik di daerah tersebut.

Baca Juga: Melepaskan Hewan ke Arktika Bisa Bantu Melawan Perubahan Iklim?

Para peneliti memutuskan untuk melihat lebih dekat garis keturunan kelelawar Afrika dan melakukan studi genetik yang hampir seluruhnya didasarkan pada spesimen museum yang telah dikumpulkan di seluruh wilayah. Hasilnya menunjukkan beberapa kasus di mana yang sebelumnya dianggap sebagai spesies yang tersebar luas, ternyata merupakan spesies yang terlihat serupa tetapi berbeda secara genetik . Secara keseluruhan, tim menganggap hasil mereka menunjukkan setidaknya ada empat spesies baru kelelawar berhidung daun berdasarkan temuan genetik mereka, meskipun belum disebutkan secara resmi.

Hipposideros caffer. ()

Meskipun tidak terkait langsung dengan pandemi COVID-19, kelelawar berhidung daun diketahui membawa jenis virus corona lainnya dan seperti semua kelelawar juga memiliki kemampuan untuk menyimpan virus. Beberapa orang mungkin memandang kelelawar di permukaan sebagai ancaman karena kemampuannya untuk penyebaran patogen, tetapi penting untuk diingat bahwa hewan ini melakukan banyak peran ekologis penting lainnya. Mereka menyerbuki tanaman dan membuat efek yang cukup besar pada populasi nyamuk yang menyebarkan penyakit, nyamuk merupakan salah satu makanan favorit mereka.

Hipposideros caffer. ()

Terlepas dari peran penting kelelawar dalam ekosistem, secara mengejutkan kita hanya tahu sedikit tentang kelelawar. Ada lebih dari 1.400 spesies, tetapi seperempatnya hanya ditemukan dalam 15 tahun terakhir. Kesenjangan dalam catatan ekologis ini menunjukkan bahwa kita tidak sepenuhnya mengetahui bagaimana mereka berevolusi, di mana mereka tinggal, dan apa hubungan mereka dengan dunia di sekitar mereka. Seperti yang sering terjadi dalam sains, pengetahuan adalah kekuatan, dan tanpa memahami hewan-hewan ini dengan benar, kita menempatkan diri kita pada risiko wabah penyakit di masa depan, seperti yang kita alami saat ini.

Baca Juga: Masker Khusus Penyandang Tuli Agar Nyaman Berkomunikasi di Tengah Wabah

Dilansir dari EurekAlert, Terry Demos, kepala penelitian, mengatakan bahwa tidak ada kelelawar berhidung daun yang membawa penyakit yang sedang bermasalah hari ini, tetapi tim juga tidak tahu bahwa akan selalu seperti itu atau tidak. Tim bahkan tidak tahu jumlah spesies yang ada.