Sebagian Salju Antartika Menjadi Hijau Akibat Perubahan Iklim

By Fikri Muhammad, Kamis, 21 Mei 2020 | 11:25 WIB
Ganggang salju di Pulau Anchorage di Antartika. (Dr Matt Davey)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan telah membuat peta algae mikroskopik pertama yang berskala besar di semenanjung Antartika. Algae itu bermekaran di sekitar permukan salju yang mencair, membuatnya menjadi hijau dan berpotensi menciptakan sumber nutrisi untuk spesies lain. 

Tim riset percaya bahwa fenomena algae bermekaran ini akan meluas seiring di pemanasan global di masa depan. 

Di beberapa area, bentuk kehidupan sel algae sangat padat sehingga mengubah salju menjadi hijau dan dapat terlihat dari luar angkasa, menurut penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Nature Communcations.

Baca Juga: Ilmuwan: Hutan Amazon Bisa Menjadi Pusat Pandemi Virus Selanjutnya

Ahli biologi dari Cambridge University dan British Antartic Survey menghabiskan 6 tahun untuk mendeteksi dan mengukur salju algae menggunakan kombinasi data satelit dan pengamatan darat. 

Hasilnya adalah peta skala besar algae pertama di semenanjung Antartika--digunakan sebagai garis dasar untuk menilai kecepatan benua putih yang berubah menjadi hijau karena krisis iklim dan berpotensi menawarkan rezeki bagi spesies lain. 

Ia mendeskripsikan peta algae sebagai potongan yang hilang dari "siklus jigsaw" di Antartika.

Penulis studi, Andrew Gray memberi geotag pada algae salju yang sedang bermekaran (Dr Matt Davey)

Mereka juga menemukan bahwa formasi algae membentuk ikatan yang erat dengan spora jamur dan bakteri kecil.

"Itu adalah sebuah komunitas. Ini berpotensi membentuk habitat baru. Di beberapa tempat, itu akan menjadi awal ekosistem baru," ucap Matt Davey, Ilmuwan yang memimpin penelitian ini dari Universitas Cambridge dilansir dari laman Guardian.  

Baca Juga: Ekspedisi Rahasia Hitler ke Antartika Demi Mencari Bahan Baku Margarin

Hampir dua pertiga dari algae hijau ditemukan di pulau-pulau kecil dan dataran rendah di sekitar semenanjung, yang telah mengalami beberapa pemanasan paling intens di dunia. 

Para ilmuwan sebelumnya telah mengamati perubahan lumut hijau dan lumut, tetapi keduanya tumbuh sangat lambat dibandingkan dengan algae. Di masa depan, mereka juga akan mengukur algae merah dan oranye serta menghitung bagaimana keberadaan bentuk warna-warni seperti itu dapat memengaruhi kualitas albedo yang mencerminkan panas salju.

“Saya pikir kita akan mendapatkan bunga yang lebih besar di masa depan. Sebelum kita tahu apakah ini memiliki dampak signifikan pada anggaran karbon atau bio albedo, kita perlu menghitungnya,” kata Andrew Gray, penulis utama makalah ini.