Wayang orang kini berada di persimpangan jalan. Kesenian ini membutuhkan sinergi dengan beragam disiplin—manajemen modern, komunikasi publik sampai informatika—untuk tampil sebagai penyintas pada masa era kenormalan baru. (Paguyuban Wayang Orang Bharata)
Nationalgeographic.co.id—Saat menonton wayang orang, kita seperti diajak ke peradaban surealis. Nuansa cerita karya pujangga-pujangga agung itu begitu fantastik, epik, puitik, klasik, heroik, dan kadang menggelitik. Suasana serupa hadir ketika kita membaca novel Lord of The Rings karya J.R.R. Tolkiens, atau versi layar lebarnya. Wayang orang, sebagai karya agung, merupakan salah satu kesenian yang mampu melewati dinamika zaman—kendati dibunuh berkali-kali. Kisah–kisahnya dikutip dari Ramayana dan Mahabrata, yang megah dan sarat makna sebagai teladan hidup.Namun, kemegahan cerita itu tidak tercermin pada nasib para seniman wayang orang. Sepanjang berjangkitnya pagebluk, gedung pertunjukan mereka ditutup, aktivitas pertunjukan tiap malam pun tidak bisa mereka pentaskan. Atas kondisi yang memprihatinkan, kita berupaya mendorong kesenian ini untuk tetap lestari.National Geographic Indonesia dan para seniman wayang orang mencoba mencari solusi untuk pentas kesenian pada tatanan “kenormalan baru”.
Siaran Langsung via ZOOM, Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia: Sirnaning Pageblug. Bersama sederet seniman wayang orang yang berpentas dari rumah masing-masing. (National Geographic Indonesia)
Dengan bangga kami mementaskan tajuk “Sirnaning Pageblug”—dalam bahasa Indonesia bermakna “Hilangnya Pandemi”. Tajuk ini merupakan refleksi kita atas keprihatinan, doa, dan pengharapan supaya pandemi lekas berlalu. Inilah pertunjukan wayang orang daring via ZOOM pertama di Indonesia, yang berupaya tetap melestarika pakem-pakem dalam pentas wayang orang.Kreativitas membutuhkan keberanian. Pertunjukan ini ditayangkan langsung via ZOOM yang dipentaskan dari masing-masing rumah seniman wayang orang. Pentas pertunjukan ini sekaligus menggerakkan empati warga untuk kepedulian kepada seni dan seniman pada masa pagebluk. Apapun yang terjadi kepada kita pada saat ini, kehidupan berkesenian dan berkebudayaan harus tetap berjalan dan diperjuangkan. Sabtu, 27 Juni 202019.30 – 20.30 WIBDonasi setulus hati untuk seniman wayang orang yang aktivitasnya terhenti karena pandemi: BCA 5230316009 a/n Paguyuban Seniman Wayang Orang Bharata.Sahabat, dapat mendaftar melalui bit.ly/NGI_wayangorang
Kisah–kisah wayang orang dinukil dari Ramayana dan Mahabrata, yang megah dan sarat makna sebagai teladan hidup. Namun, kemegahan cerita itu tidak tercermin pada nasib para seniman wayang orang. Sepanjang berjangkitnya pagebluk, gedung pertunjukan mereka ditutup, aktivitas pertunjukan tiap malam pun tidak bisa mereka pentaskan. (Paguyuban Wayang Orang Bharata)
“Wayang orang bukan hanya refleksi nilai masa lalu, tapi juga pembayangan tentang masa depan. Dari ekspresinya tersampaikan bermacam konsep nilai, estetika, artistika seni budaya juga perspektif tentang kehidupan. Jika kini wayang orang hadir dalam moda presentasi "baru" melalui dunia digital dalam format daring via ZOOM, tidakkah hal itu begitu menarik? Pertunjukan ini mengundang tanya dan keingintahuan untuk menjadi saksi atas satu peristiwa penting dan bersejarah di masa kenormalan baru ini.”—Purnawan Andra, Seniman Tari“Wayang orang ZOOM live pertama di indonesia juga suatu kreativitas di masa pandemi. Dari rumah masing-masing, kami menggelar wayang orang ZOOM. Saksikanlah!” —Teguh Ampiranto, Seniman Wayang Orang Bharata dan Sutradara Sirnaning Pageblug“Eksotisme kesenian tradisional selalu kita perkenalkan sebagai penarik pelancong mancanegara. Namun, tanpa kita sadari, seni sebagai baju kebanggaan atas identitas diri seolah tampak usang dan tak bergairah. Pagebluk telah mengingatkan kita: Inilah saatnya bergerak dan kenakan baju baru identitas kesenian kita. Mari kita berlakon dan bercerita, bagaimana generasi kita membentuk masa depan kesenian Nusantara!”—Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia"Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia" merupakan sinergi National Geographic Indonesia, seniman wayang orang Bharata, bersama Pertamina sebagai mitra dalam program pelestarian budaya.
Wayang orang mementaskan karya pujangga-pujangga agung. Nuansa ceritanya begitu fantastik, epik, puitik, klasik, heroik, dan kadang menggelitik. (Paguyuban Wayang Orang Bharata)