Eksperimen Vaksin COVID-19 Pada Manusia Tunjukkan Hasil Awal Positif

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 6 Juli 2020 | 10:55 WIB
Ilustrasi vaksin. (Guschenkova/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – BioNTech dan perusahaan farmasi raksasa Pfizer, melaporkan hasil awal yang positif dari proyek bersama mereka dalam mengembangkan vaksin virus corona.

Diketahui dengan nama BNT162b1, ia menghasilkan respons antibodi pada tingkat yang terlihat sesuai dengan serum pemulihan. Menurut CEO BioNTech, Ugue Sahin, antibodi tersebut diambil dari pasien yang sudah sembuh, dalam dosis rendah.

Uji coba yang disebut “fase 1/2” ini bertujuan menunjukkan bahwa vaksin tidak beracun dan mampu memicu respons sistem kekebalan untuk mempersiapkan tubuh melawan virus.

Baca Juga: Peta Interaktif Tunjukkan Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Kehidupan

Dari 45 orang berusia 18 hingga 55 tahun yang ikut ambil bagian dalam uji coba, sebagian besar mendapatkan dua dosis vaksin atau plasebo, dalam 21 hari terpisah.

Sejumlah besar peserta mengalami demam setelah dosis kedua, menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada situs medrxiv.org. Namun, ini tidak dianggap sebagai batu sandungan.

Vaksin bergantung pada messenger RNA, kode genetik yang masuk ke dalam sel manusia untuk membuatnya menghasilkan antibodi yang secara khusus disesuaikan dengan coronavirus.

Selain BioNTech dan Pfizer, beberapa perusahaan lain juga telah mempublikasikan fase awal uji klinis yang menyatakan bahwa vaksin eksperimental mereka menghasilkan respons sistem kekebalan.

Baca Juga: Berpikir Negatif Terus-menerus Berkaitan dengan Gejala Alzheimer

Sebanyak 23 proyek vaksin COVID-19 telah dicoba pada manusia, menurut London School of Hygiene & Tropical Medicine. Beberapa di antaranya telah berlanjut ke fase dua atau tiga, ketika mereka menyuntikkan vaksin ke ribuan sukarelawan untuk mengevaluasi efektivitasnya, memantau efek samping, serta mengumpulkan informasi lain yang memungkinkan itu dapat digunakan dengan aman.

Vaksin yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi AS, Moderna dan Oxford University yang bekerjasama dengan firma Inggris-Swedia, AstraZeneca, adalah yang berapa pada tahap perkembangan paling maju.

Begitu pula dengan beberapa proyek vaksin di Tiongkok, termasuk CanSinoBIO yang telah menerima izin untuk memberikan vaksin kepada tentara mereka.