Nationalgeographic.co.id - Kesejahteraan mental ternyata juga berpengaruh pada kondisi fisik. Saat kita mengalami perasaan negatif seperti sedih, marah, stres, atau frustasi, otomatis ini akan memengaruhi tubuh.
Studi 2019 dari Penn State University membuktikan hal tersebut melalui sebuah penelitian yang melibatkan 220 partisipan.
Mereka diminta untuk mencatat bagaimana perasaan mereka, serta kondisi fisiknya, setiap hari dalam kurun waktu dua minggu. Sampel darah partisipan pun juga diperiksa.
Baca Juga: Dampak Pandemi COVID-19: Hantam Sistem Layanan Kesehatan dalam 4 Gelombang
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering seseorang mengalami emosi negatif, maka semakin lemah sistem kekebalan tubuhnya.
Menurut peneliti, saat seseorang terus bergumul dalam perasaan negatif, tubuh merespons dengan cara yang ekstrem dan memprihatinkan.
"Suasana hati yang buruk, terutama karena marah dan keras kepala, sering dikaitkan dengan hormon stres (seperti kortisol dan adrenalin) yang tinggi," kata Dr Clare Morrison dari MedExpress, layanan kesehatan di AS.
Robert Glatter, asisten profesor kedokteran darurat di Lenox Hill Hospital, juga mengatakan bahwa segala jenis stres akan mempercepat detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Dan dalam jangka panjang, itu akan meningkatkan peluang penyakit kanker, autoimun, dan jantung.
Baca Juga: Pengobatan COVID-19 Ini Tunjukkan Hasil Menjanjikan dan Kurangi Risiko Kematian
Suasana hati yang buruk memang tak bisa kita hindari setiap hari. Namun, setidaknya kita bisa membatasinya agar tidak berlarut-larut dan memengaruhi kesehatan.
Menurut pakar kesehatan, Dr Lindsey Elmore, kekuatan mindfulness dapat membantu kita melawan emosi negatif. Selain itu, memperbaiki suasana hati juga dapat dilakukan dengan meluangkan beberapa menit untuk merenung dan mengenali emosi negatif yang dirasakan setiap harinya sehingga dapat menanganinya.
Melampiaskan emosi negatif di jurnal juga terbukti efektif mengatasi stres bagi banyak orang.