Nationalgeographic.co.id – Sebuah mumi dari 3.000 tahun lalu ditemukan dengan ekspresi kesakitan. Hal ini pun menimbulkan beberapa pertanyaan bagi para peneliti. Kini, setelah beberapa spekulasi, penelitian terbaru dari ahli radiologi dan arkeolog di Cairo University menunjukkan bahwa penyebab kematiannya kemungkinan adalah serangan jantung yang menyakitkan.
Dilansir dari IFL Science, hasil pindai CT terbaru mengungkapkan bahwa mumi wanita tersebut menderita aterosklerosis parah pada arteri koroner. Itu merupakan penyakit di mana pembuluh darah jantung terganggu oleh plak dan akhirnya mengalami penyumbatan.
Selain itu, diketahui terdapat aterosklerosis juga pada arteri leher, aorta abdominal dan ateri tungkai bawah.
Baca Juga: Makam Dinasti Han Penuh Giok Ditemukan di Jalur Sutra Tiongkok
Meskipun belum pasti apakah mumi ini benar-benar meninggal akibat serangan jantung, tapi peneliti yakin ia memiliki jantung yang bermasalah.
Dalam studinya, Dr Zahi Hawass, ahli sejarah Mesir Kuno yang cukup terkenal, menjelaskan bahwa perempuan tersebut kemungkinan mati karena serangan jantung dan terjebak dalam posisi mulut terbuka karena rigor mortis (kekakuan yang terjadi pada otot orang yang akan atau sudah meninggal).
“Kami menduga, mayat ‘mumi wanita menjerit’ tersebut tidak ditemukan hingga beberapa jam kemudian, waktu yang cukup untuk menciptakan rigor mortis,” jelas Dr Hawass.
“Pembalsem pun sepertinya tidak dapat menutup mulut dan membaringkan mayat perempuan tersebut seperti mumi lainnya sehingga akhirnya mengawetkan ekspresi wajah dan postur sesuai kematian,” imbuhnya.
Di masa kini, aterosklerosis biasanya berkaitan dengan pola makan tidak sehat, kurang olahraga, dan kebiasaan merokok. Namun, pada zaman Mesir Kuno, kondisinya agak berbeda.
Studi 2014 menyatakan bahwa mumi kuno menunjukkan aterosklerosis akibat inflamasi dari mikrob dan parasit, serta dari menghirup asap.
Baca Juga: Sebagian Besar Patung Kuno Kehilangan Hidungnya, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
Mumi berusia 3.100 tahun ini pertama kali ditemukan di selatan kota Luxor pada 1881. Identitasnya masih belum jelas. Tulisan Mesir pada linen mumi menggambarkannya sebagau “Putri kerajaan, saudara perempuan Meret Amon”.
Namun, ada banyak putri yang memiliki nama ini dan sangat sedikit bukti untuk mengungkapkan identitas. Saat ini, tim peneliti sedang melakukan analisis DNA dari ‘mumi wanita menjerit’ dengan harapan dapat mengonfirmasi siapa dirinya.