Nationalgeographic.co.id – Salah satu spesies krustasea kecil diketahui dapat memecah mikroplastik menjadi potongan lebih kecil lagi hanya dalam waktu beberapa hari. Menurut para ilmuwan, prosesnya lebih cepat dibanding yang diperkirakan.
Penguraian plastik di lingkungan laut diyakini terjadi sangat lambat. Perlu ombak yang sangat besar atau melalui paparan sinar matahari dalam jangka panjang.
Namun, para peneliti dari University College Cork (UCC) di Irlandia telah menemukan invertebrata yang “sangat umum” di aliran air tawar yang mampu memecah mikroplastik menjadi nanoplastik (berukuran kurang dari satu mikrometer). Ia dapat melakukannya dalam waktu kurang dari 100 jam.
Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Mengenal 5 Aktivis Lingkungan Muda yang Menginspirasi
Dr Alicia Mateos-Cardenas, pemimpin studi dari UCC, mengatakan: “Kami menemukan bahwa amphipoda air tawar atau krustasea kecil yang disebut Gammarus duebeni mampu mengurai mikroplastik menjadi berbagai bentuk dan ukuran dalam waktu kurang dari empat hari.”
“Meskipun spesies ini ditemukan di Irlandia, tapi mereka masuk ke dalam kelompok intervertebrata yang umum ditemukan di perairan tawar atau lautan di seluruh dunia,” imbuhnya.
Menurut peneliti, penemuan ini bukan kabar baik bagi sampah plastik yang tersumbat di saluran air dan laut.
Mereka menggambarkan hasil studi ini sebagai hal yang “mengkhawatirkan”. Selama ini kita tahu bahwa mikroplastik kerap dikonsumsi hewan laut dan kemudian terjebak dalam pencernaan mereka hingga menyebabkan kematian. Partikel nanoplastik yang lebih kecil justru semakin berbahaya karena bisa masuk lebih jauh ke dalam tubuh spesies—menembus sel dan jaringan di mana efeknya lebih sulit diprediksi.
"Temuan bahwa hewan invertebrata yang umum seperti itu dapat dengan cepat menghasilkan sejumlah besar nanoplastik sangat mengkhawatirkan,” ungkap peneliti dalam studi.
Baca Juga: Bagaimana Laut Menyembuhkan Dirinya Sendiri Selama Pandemi?
Dr Mateos-Cardenas menjelaskan bahwa intervertebrata ini begitu penting bagi ekosistem karena mereka menjadi mangsa bagi ikan dan burung laut. Namun, di sisi lain, itu juga membahayakan karena fragmen nanoplastik yang mereka produksi bisa memasuki rantai makanan.
"Data dalam penelitian ini akan membantu kita untuk memahami peran hewan dalam menentukan nasib plastik di perairan. Meski begitu, penelitian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk mengungkap dampak keseluruhan dari partikel-partikel tersebut," katanya.
Studi dipublikasikan pada jurnal Scientific Reports.