Nationalgeographic.co.id – Menyelamatkan panda raksasa dari kepunahan mungkin menjadi salah satu kisah konservasi paling sukses. Namun ternyata, itu tidak menjadi kabar baik bagi macan tutul, serigala, dan anjing liar Asia, yang berbagi habitat dengannya.
Saat cagar alam pertama untuk panda didirikan di Tiongkok pada 1960-an, status hewan tersebut yang tadinya “terancam punah”, turun menjadi “rentan” pada 2016, berdasarkan daftar dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Menunjukkan bahwa usaha konservasi selama beberapa dekade telah membuahkan hasil.
Namun bagaimana pun juga, para ilmuwan kini menemukan fakta bahwa sejumlah besar karnivora telah menghilang dari area dilindungi di Tiongkok yang diciptakan sebagai habitat konservasi panda.
Baca Juga: Selain Satwa Liar, Parasit Juga Terancam Punah dan Perlu Dilindungi
Sementara panda tidak bisa disalahkan secara langsung, penelitian terbaru ini menegaskan bagaimana strategi konservasi harus fokus pada gambaran lebih luas dari ekosistem, dibanding hanya memedulikan satu spesies karismatik.
“Temuan ini memperingatkan ketergantungan kebijakan konservasi spesies tunggal dengan keanekaragaman hayati di wilayah yang sama,” ungkap peneliti dalam studi mereka.
Dipublikasikan pada jurnal Nature Ecology and Evolution, para peneliiti dari Peking University menggunakan data survei dan kamera tersembunyi di 73 wilayah dilindungi di Tiongkok, termasuk 66 cagar alam panda. Ini dilakukan untuk mempelajari prevalensi empat mamalia besar: macan tutul (Panthera pardus), macan tutul salju (Panthera uncia), serigala (Canis lupus), dan anjing liar Asia (Cuon alpinus).
Hasilnya menunjukkan rentang penyebaran yang luas dari spesies yang dipelajari. Diketahui bahwa 81% macan tutul telah hilang dari wilayah terlindungi tersebut, macan tutul salju 38%, serigala 77%, dan anjing liar Asia 95%.
Panda telah menjadi subjek kampanye konservasi selama bertahun-tahun. Meski begitu, jumlah mereka meningkat secara perlahan.
Baca Juga: Ini Cara Landak Kawin Tanpa Menyakiti Satu Sama Lain
Upaya penyelamatannya berfokus pada pemulihan hutan pegunungan di barat daya Tiongkok yang menjadi tempat tinggal mereka—menyediakan habitat dan bambu yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
“Ini semua tentang memulihkan habitat. Yang kita perlu adalah mendapatkan bambu kembali dan jumlah panda perlahan-lahan akan naik,” kata Craig Hilton-Taylor, kepala IUCN Red List pada 2016.
Namun, seperti yang diungkapkan pada studi terbaru, pendekatan tersebut ternyata tidak ramah bagi penghuni ekosistem yang lebih luas.